Perdagangan Kakao di Bursa Berjangka Jakarta Melebihi Target

Bisnis.com,02 Okt 2018, 19:10 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Karyawan mengamati Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), di galeri Bursa Bejangka Komoditi , Jakarta, Senin (15/5)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA—Perdagangan kakao di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) menunjukkan kestabilan hingga akhir September seiring dengan gejolak pasar komoditas di tengah-tengah sejumlah sentimen seperti perang dagang AS dan China serta gejolak nilai tukar mata uang.

Direktur Utama BBJ Stephanus Paulus Lumintang mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi telah berpengaruh pada harga komoditas lokal, termasuk kakao.

“Di BBJ hingga akhir bulan September volumenya masih menunjukkan stabil dan cenderung mengalami peningkatan. Saat ini sudah mencapai 46.812 lot dari yang ditargetkan sampai dengan September sebesar 34.324 lot,” ujarnya dihubungi, Senin (1/10/2018).

Menurut Paulus, dengan pelemahan mata uang rupiah dan penguatan dolar AS, harga-harga komoditas seperti emas, komoditas pertanian, dan komoditas lain akan menurun.

Minat investor lokal untuk memilih produk kakao dinilai masih cukup stabil. BBJ menganggap hal itu juga berpengaruh pada penguatan permintaan kakao global yang diprediksi kian menguat pada akhir tahun ini.

Harga kakao sudah kembali menghijau dengan adanya perkiraan defisit pasokan pada 2019. Kontrak di bursa Inercontinental Exchange pada perdagangan Senin (1/10) terkerek 19 poin atau 0,92% menjadi US$2.076 per ton dan mencatatkan kenaikan 9,73% (ytd).

Paulus memproyeksi, harga kakao BBJ hingga akhir tahun bergerak pada rentang antara Rp24.810—Rp25.250 per kilogram. Sementara itu, harga kakao internasional tidak akan jauh dari kisaran harga pada level US$1,66—US$1,69 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Pamuji Tri Nastiti
Terkini