Ini Sektor yang Diuntungkan dengan Pelemahan Rupiah

Bisnis.com,03 Okt 2018, 11:41 WIB
Penulis: Tegar Arief
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah tentunya akan berpengaruh pada kinerja keuangan korporasi di Indonesia.

Senior Portofolio Manager Equity PT Manulife Asset Management Indonesia Samuel Kesuma perusahaan di bidang manufaktur, kontraktor, dan ritel umumnya memiliki porsi komponen bahan baku impor yang cukup tinggi.

"Besar kecilnya tekanan ke marjin keuntungan perusahaan akan sangat tergantung pada kemampuan masing-masing perusahaan untuk menaikkan harga jual ke konsumen atau melakukan efisiensi biaya operasional," kata dia dalam riset, Rabu (3/10/2018).

Kata dia, perusahaan yang memiliki rasio utang cukup tinggi dalam mata uang asing mengalami tekanan karena harus membayar biaya bunga yang semakin tinggi. Selain itu translasi nilai utang di laporan keuangan juga akan menjadi forex loss yang mengurangi tingkat laba bersih perusahaan.

Namun menurutnya tingkat rasio utang dalam mata uang asing yang dimiliki perusahaan sudah lebih rendah dibandingkan krisis sebelumnya. Di samping itu saat ini perusahaan pada umumnya juga lebih konservatif dengan melakukan hedging.

Walaupun secara umum dampak pelemahan rupiah terhadap marjin keuntungan perusahaan cenderung negatif, kata dia, namun beberapa sektor atau industri sebaliknya menerima dampak positif dari tren pelemahan nilai tukar.

"Mayoritas perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan atau perkebunan kelapa sawit, manufaktur, komponen otomotif dan tekstil juga berpotensi mencatat peningkatan laba akibat nilai penjualan ekspor yang meningkat ketika laporan keuangan ditranslasikan dalam mata uang rupiah," jelasnya.

Sektor yang dirugikan oleh pelemahan nilai tukar adalah sektor dengan komponen bahan baku impor yang cukup tinggi dan secara umum tidak memiliki pricing power. Selain itu secara lebih spesifik, perusahaan yang memiliki utang dalam mata uang asing dengan jumlah yang relatif besar akan dirugikan.

Sebaliknya, perusahaan dengan proporsi penjualan ekspor yang tinggi akan diuntungkan oleh pelemahan nilai tukar. Jika tren pelemahan terus berlangsung dalam waktu yang panjang, emiten akan mampu melakukan langkah-langkah mitigasi.

"Baik dalam bentuk hedging melalui instrumen derivatif ataupun mengurangi komponen bahan baku impor melalui subsitusi dengan komponen lokal," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ana Noviani
Terkini