Bank Dunia Pangkas Proyeksi Ekonomi Asia Timur dan Pasifik

Bisnis.com,04 Okt 2018, 17:18 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Karyawati beraktivitas di kantor Bank Dunia, di Jakarta, Senin (9/10)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik untuk tahun depan saat isu tensi perdagangan dan gejolak arus modal keluar membebani prospek ekonomi global.

Dalam laporan Economic Update yang dirilis hari ini, Kamis (4/10/2018), lembaga keuangan internasional itu memangkas proyeksi pertumbuhan di kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP), yang mencakup China, menjadi 6% untuk 2019.

Proyeksi ini lebih rendah dari perkiraan sebesar 6,1% yang dikeluarkannya pada bulan April, juga mencerminkan perlambatan di China di tengah upayanya untuk terus menyeimbangkan kembali perekonomiannya dengan mendorong konsumsi domestik.

Baca juga
Rupiah Kian Lemah

Adapun pertumbuhan di kawasan Asia Timur dan Pasifik untuk tahun ini disebut akan melambat menjadi 6,3% dari 6,6% pada tahun lalu. Untuk tahun 2020, Bank Dunia memperkirakan kawasan ini akan tumbuh 6%, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya.

“Risiko utama untuk melanjutkan pertumbuhan yang kuat di antaranya adalah eskalasi proteksionisme, meningkatnya gejolak pasar keuangan, serta interaksinya dengan kerentanan fiskal dan keuangan domestik,” kata Sudhir Shetty, kepala ekonom Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik.

Bank Dunia memaparkan bahwa  negara-negara ekonomi berkembang di kawasan tersebut harus menggunakan kebijakan-kebijakan makroekonomi “lengkap” demi meredam dampak guncangan eksternal.

“Dalam hal meningkatnya risiko ini, negara-negara berkembang di kawasan tersebut perlu memanfaatkan berbagai kebijakan makroekonomi, prudensial, dan struktural yang lengkap untuk meredam guncangan eksternal dan meningkatkan potensi tingkat pertumbuhan,” katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters.

Sementara itu, pertumbuhan China diproyeksikan tetap melambat menjadi 6,5% tahun ini, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya.

Akan tetapi, pertumbuhan Negeri Tirai Bambu untuk tahun depan diperkirakan akan melambat menjadi 6,2%, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yakni 6,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini