REVOLUSI HIJAU NTT Siapkan 30.000 Bibit Kelor

Bisnis.com,05 Okt 2018, 10:12 WIB
Penulis: Newswire
Daun kelor

Bisnis.com, KUPANG – Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Nusa Tenggara Timur menyiapkan sebanyak 30.000 anakan pohon kelor untuk dikembangkan sebagai sumber devisa baru di daerah itu melalui gerakan "Revolusi Hijau".

"Sementara ini kami sudah siapkan pembibitan 30.000 anakan pohon kelor," kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT Yahanis Tay Ruba ketika dihubungi Antara di Kupang, Jumat (5/10/2018).

Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan kesiapan instansi teknis untuk merealisasikan program pengembangan tanaman kelor atau disebut dengan "Revolusi Hijau" yang dicanangkan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dan wakilnya Yosef Nae Soi.

Gubernur Viktor sebelumnya, berjanji dalam masa kepemimpinan akan mengembangkan tanaman kelor menjadi sumber pendapatan atau devisa baru bagi NTT.

"Marungga (kelor) akan dikembangkan menjadi sumber devisa baru bagi Nusa Tenggara Timur," kata Viktor Bungtilu Lasikodat di Kupang.

Menurut dia, kelor menjadi pohon masa depan yang diandalkan untuk mengatasi kekurangan gizi buruk dan stunting atau kekerdilan yang sering mengancam pertumbuhan anak-anak NTT.

Yohanis mengatakan, sebagai instansi teknis pihaknya siap menindaklanjuti program tersebut dengan mulai menyiapkan anakan pohon kelor untuk dikembangkan secara masif.

Rencananya, lanjut dia, anakan kelor itu akan ditanam pada awal musim hujan sekitar November 2018 mendatang yang diawali dengan peluncuran gerakan "Revolusi Hijau" di Kabupaten Kupang.

Untuk itu, pihaknya telah menyiapkan demplot pada tiga lokasi di antaranya Oefafi, Pitani, dan Oeteta dengan total lahan yang akan dimanfaatkan sekitar 8 hektare.

Dijelaskannya, pengembangan tanaman kelor akan dilakukan dengan pola inti yang dilakukan secara intensif dengan tanaman monokultur.

"Misalnya dalam satu kawasan dengan luasan misalnya 1 hektare dapat ditanami sekitar 1.000 pohon dengan jarak tanam 1 meter," katanya.

Selain itu, pola lainnya dilakukan denngan pengembangan secara masal berupa tanaman lorong yang dilakukan masyarakat.

"Hasil dari pola tanaman lorong oleh masyarakat ini nantinya bisa untuk kebutuhan konsumsi sayuran dalam rumah tangga mereka sendiri maupun untuk dijual," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini