Produsen Alas Kaki Asal China Ini Tambah Investasi US$200 Juta

Bisnis.com,07 Okt 2018, 19:24 WIB
Penulis: Annisa Sulistyo Rini
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (ketiga kanan) meninjau proses pembuatan sepatu di Lebo, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (25/9)./ANTARA-Umarul Faruq

Bisnis.com, JAKARTA--Salah satu perusahaan alas kaki dalam negeri melakukan ekspansi dengan membangun pabrik baru di Majalengka, Jawa Barat.

Firman Bakri, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), mengatakan salah satu perusahaan alas kaki asal China Shoetown Group, menambah pabrik dengan bendera PT Shoetown Ligung Indonesia.

"Rencana pabriknya besar, bisa menyerap sampai 20.000 tenaga kerja. Tahap awal jumlah tenaga kerja 1.500 orang dan dalam tahap vokasi 2.000 orang, jadi dalam waktu dekat bisa 3.500 orang," ujarnya Jumat (5/10/2018).

Lokasi pabrik yang diresmikan awal bulan ini dekat dengan Bendara Kertajati, Jawa Barat. Menurut Firman, hal ini berarti pembangunan infrastruktur akan diikuti oleh investasi industri. Apalagi, di daerah Majalengka upah minimum regional (UMR) lebih rendah dibandingkan daerah lain, seperti Banten.

Investasi yang ditanamkan untuk membangun pabrik tersebut pada tahap awal sekitar US$42 juta, sedangkan untuk keseluruhan hingga mampu menyerap 20.000 tenaga kerja, Firman memperkirakan dana yang disediakan US$200 juta.

Sektor alas kaki dalam negeri memang masih membutuhkan investasi baru untuk memenuhi kebutuhan global yang terus meningkat seiring dengan kebutuhan produk alas kaki dunia yang terus naik mengikuti pertumbuhan penduduk.

Selain itu, perubahan struktur industri di China, mendorong banyak produsen alas kaki di negara tersebut hengkang. Padahal, permintaan global banyak berasal dari China, sehingga wajar ekspor alas kaki dari Indonesia terus meningkat.

Firman menyebutkan saat ini investor cenderung berinvestasi ke daerah dengan upah minimum kabupaten (UMK) yang rendah, seperti ke wilayah Jawa Tengah, dalam meningkatkan kapasitas produksi seiring dengan pertumbuhan demand. Pasalnya, sektor alas kaki merupakan industri yang menyerap banyak tenaga kerja.

"Yang paling mempengaruhi sebenarnya bahan baku, tetapi kan bisa disubstitusi. Kalau labor cost enggak bisa dialihkan, khususnya industri alas kaki yang membutuhkan banyak tenaga kerja," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Maftuh Ihsan
Terkini