Bisnis.com, JAKARTA – PT Danadipa Artha Indonesia masih menunggu arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjadi pemegang saham mayoritas PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE).
Dana segar sesuai porsi kepemilikan sebesar Rp63 milar telah masuk kantong BKE dalam skema penawaran saham terbatas (rights issue) pertama senilai Rp300 miliar.
Direktur Utama BKE Sasmaya Tuhleley mengatakan bahwa sisa saham baru senilai Rp237 miliar rencananya diserap oleh dua pemilik saham existing, yakni Danadipa dan PT Taspen (Persero).
“Jadi setoran sisa yang tidak diambil pemegang saham lain masih menunggu arahan OJK, yang sudah pasti masuk Danadipa, Taspen masih mungkin,” katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Saat ini komposisi kepemilikan BKE adalah Induk Koperasi Pegawai Negeri (IKPRI) 25,43%, PT Reliance Sekuritas Indonesia 20,55%, PT Recapital Advisors sebesar 19,68%, PT Taspen (Persero) 9,93%, Dana Pensiun PT Jasa Raharja 1,44%, Dana Pensiun PT Asuransi Jasa Indonesia 1,24%, dan Koperasi Pegawai BKE sebesar 0,74%.
Danadipa saat ini tercatat memiliki 21% saham BKE. Setelah proses rights issue rampung, perusahaan milik pengusaha Setiawan Ichlas itu akan memiliki 30% saham BKE.
Hal itu pun akan membuat pemegang saham lain terdilusi. Pemegang saham mayoritas, Induk Koperasi Pegawai Negeri (IKPRI) yang dipastikan tidak akan mengambil haknya, akan terdelusi menjadi 15% dari sebelumnya 25,43%.
Begitu pula PT Reliance Sekuritas Indonesia dan PT Recapital Advisors yang saat ini, masing-masing memiliki 20,55% dan 19,68%.
PT Taspen (Persero) apabila mempertahankan kepemilikan akan berada pada posisi 9,93%. Sebelumnya Direktur Investasi Taspen Iman Firmansyah menyatakan niat untuk mempertahankan porsi saham di BKE.
Pasalnya selama 2—3 tahun ke belakang, neraca keuangan bank yang fokus pada nasabah koperasi itu membaik. “Kami berharap Pak Setiawan masuk, kami tidak terdilusi,” kata Iman kepada Bisnis, Selasa (18/10).
Akan tetapi saat dihubungi Bisnis, pekan lalu, Iman mengatakan bahwa perseroan masih menunggu keputusan direksi. "Kalau disetujui akan ikut, kalau tidak disetujui tidak akan ikut," kaya Iman.
Sasmaya melanjutkan, selain soal tambah modal, BKE optimistis menutup tahun dengan pertumbuhan laba di atas 30%. Begitu juga dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross yang diperkirakan akan berada pada posisi kurang dari 3%..
Hal tersebut berdasarkan capaian neraca keuangan hingga kuartal III/2018. Laba perusahaan per Agustus 2018 naik 12,3% secara tahunan menjadi Rp13,2 miliar.
"Karena penyaluran kredit ke koperasi sempat digenjot pada 2014, NPL sempat 4,92% dan menjadi beban sampai kuartal II tahun ini. Tapi, itu sudah bersih sekarang," kata Sasmaya.
BKE juga sempat bermasalah dengan pelunasan kredit dari nasabah koperasi swasta. Sebelumnya penarikan cicilan dilakukan dengan secara otomatis melalui pemotongan gaji karyawan. Akan tetapi, hal itu sempat terkendala administrasi.
"Portofolio kredit dari sana kami turunkan setengah. Sebelumnya kontribusi 30%—40%, menjadi 20% sekarang," jelas Sasmaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel