Perang Dagang AS, China, dan Eropa Tekan Pertumbuhan Global

Bisnis.com,09 Okt 2018, 09:42 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Skenario ekspor ke Amerika Serikat./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA - Perang dagang antara AS dan China serta Eropa diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun ini dan berdampak hingga 2019, menurut Dana Moneter Internasional (IMF) dalam evaluasinya yang terbaru terkait ekonomi global.

Eskalasi kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump yang telah menyebabkan ekonomi terbesar di dunia itu menggandakan bea masuk untuk beberapa barang impor China, telah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan. Negara-negara yang paling terpengaruh akibat kebijakan itu adalah AS, Prancis, Jerman, dan China. 

Demikian juga dengan Inggris yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan lebih lambat dengan latar belakang konflik perdagangan pada saat isu ketidakpastian Brexit muncul. Akibatnya, prospek pertumbuhan ekonomi Inggris melalui ekspansi tahun ini dan tahun depan akan tertekan, kata satu pejabat IMF yang tidak mau disebutkan namanya sebagaimana dikutip Theguardian.com, Selasa (9/10/2018).

IMF mengatakan bahwa bahkan tanpa memburuknya hubungan AS dan China, ekonomi global akan tumbuh tahun ini pada angka 3,7%. Angka yang sama juga diperkirakan terjadi pada tahun depan meski pada April lalu IMF memperkirakan angka pertumbuhan 3,9%.

Para ekonom negara pemberi pinjaman yang berbasis di Washington biasanya enggan menyebutkan dan mempermalukan masing-masing negara. Akan tetapi jelas bahwa serangan oleh pemerintahan Trump pada konsensus perdagangan terbuka dan kerja sama bidang perubahan iklim disebut sebagai salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan global.

Para pejabat memperingatkan bahwa ancaman terus menerus atas hambatan perdagangan yang lebih tinggi berarti akan akan menurunkan perkiraan pertumbuhannya pada tahun-tahu berikutnya.

Pejabat IMF itu mengatakan penurunan pertumbuhan global juga merupakan kontribusi dari banyak negara berkembang yang terpukul keras oleh depresiasi dalam mata uang mereka. Akibatnya biaya impor meningkat terutama bahan bakar minyak.

Bulan lalu, Presiden AS memberlakukan bea tambahan atas barang-barang asal China senilai US$200 miliar dan China membalas dengan bea tambahan atas barang-barang AS sebesar $60 miliar. 

IMF juga menyatakan bahwa meningkatnya ketegangan perdagangan dan potensi pergeseran dari sistem perdagangan berbasis aturan multilateral, merupakan ancaman utama terhadap ekonomi global.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini