Kementrian BUMN, melalui Pavilion Indonesia, menawarkan berbagai peluang investasi di Indonesia salah satunya di sektor hotel dan pariwisata.
Berdasarkan data Kementerian BUMN, total nilai proyek di dua sektor tersebut mencapai US$3,6 miliar dengan peluang investasi sebesar US$3,1 miliar.
Proyek investasi yang akan ditawarkan kepada investor luar negeri dan swasta itu akan disampaikan dalam pertemuan pemerintah, BUMN, dan para calon investor di sela-sela pertemuan tahunan IMF-World Bank Group di Bali pada 8-14 Oktober 2018.
Pemerintah selalu memasukkan sektor pariwisata sebagai unggulan yang masuk dalam rencana kerja pemerintah (RKP). Saat ini, pemerintah sedang mengembangkan potensi 10 destinasi wisata baru atau yang disebut dengan ‘10 Bali Baru’ yakni Danau Toba, Tanjung Kelayang Belitung, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Bromo Tengger Semeru, Kawasan Candi Borobudur, Tanjung Lesung, Labuan Bajo, Taman Nasional Wakatobi, Morotai,Kepulauan Seribu dan Kota Tua Jakarta.
Salah satu destinasi yang dikembangkan oleh BUMN adalah KEK Mandalika, yang dimulai sejak 2017. Proyek tersebut dilaksanakan oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau ITDC, perusahaan negara di sektor pengembangan kawasan wisata yang telah berhasil mengembangkan kawasan Nusa Dua Bali.
“Kawasan Mandalika dibangun dengan tetap mengedepankan kearifan lokal dan menjaga ekosistem alam yang ada. Saat ini pengembangan kawasan masih terus berjalan,” kata Staf Khusus III Menteri BUMN, Wianda Pusponegoro.
Adapun, hingga saat ini sektor pariwisata mencatat pertumbuhan sebesar 22%, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan di Asean sebesar 7% dan dunia 6,4%.
Dari sisi penerimaan devisa negara, sektor pariwisata juga tercatat menjadi penyumbang terbesar ketiga setelah kelapa sawit dan batu bara. Sebelumnya, Kementerian Pariwisata memprediksi sektor pariwisata berpotensi menjadi penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia pada 2018, yakni senilai US$20 miliar. Pada tahun lalu sektor pariwisata tercatat menyumbang devisa bagi Tanah Air sebesar US$16,8 miliar.
Untuk mendongkrak penerimaan devisa negara dari pariwisata, sejumlah lembaga terkait pun terus meningkatkan sinergitas untuk akselerasi pengembangan sektor tersebut.
Menteri Pariwisata Arief Yahya, pada akhir bulan lalu menargetkan investasi dan pembiayaan untuk pengembangan pariwisata nasional hingga 2024 mencapai Rp500 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan destinasi pariwisata prioritas (DPP) dan kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel