Bursa Asia Stabil Saat Tekanan Imbal Hasil Obligasi Mereda

Bisnis.com,10 Okt 2018, 09:23 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
BUrsa Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia bergerak lebih stabil pada perdagangan pagi ini, Rabu (10/10/2018), setelah bursa saham global menyentuh level terendahnya dalam delapan pekan pada sesi perdagangan sebelumnya akibat kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi.

Indeks MSCI Asia Pacific, selain Jepang, naik 0,3%, sedangkan indeks Nikkei Jepang naik 0,25%, dan bursa saham Australia naik 0,11%.

Indeks MSCI All-Country World, yang melacak pergerakan indeks saham di 47 negara, menyentuh level terendahnya sejak 16 Agustus semalam.

Pada Selasa (9/10), Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2018 dan 2019 serta estimasinya untuk pertumbuhan AS dan China pada 2019.

Menurut IMF, dua negara berekonomi terkuat ini akan merasakan pukulan dari perang dagang yang berlangsung antara mereka tahun depan.

“Saat ketidakpastian terus berlanjut di pasar keuangan di seluruh dunia, banyak investor yang menunggu hingga ada lebih banyak kejelasan muncul pada obligasi AS dan China,” kata Yasuo Sakuma, chief investment officer di Libra Investments, seperti dikutip Reuters.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun menyentuh level tertingginya dalam 7,5 tahun di 3,261% dan imbal hasil obligasi bertenor 30 tahun mencapai level tertinggi dalam lebih dari empat tahun.

Imbal hasil obligasi bertenor 30 tahun telah meningkat akibat prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve selama 18 bulan ke depan atau lebih, tetapi kemudian turun kembali. Indeks dolar AS pun melandai akibat penurunan pada imbal hasil obligasi AS dan terakhir diperdagangkan di posisi 95,609.

Sebagian besar pedagang mengabaikan komentar dari Presiden AS Donald Trump pada Selasa saat ia berkata The Fed terlalu cepat menaikkan suku bunga ketika inflasi paling rendah dan data pemerintah menunjukkan ekonomi yang kuat.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Italia juga turun dari level tertingginya setelah Menteri Ekonomi Giovanni Tria berjanji untuk melakukan apa pun yang diperlukan demi memulihkan ketenangan jika gejolak pasar berubah menjadi krisis keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini