Hingga Akhir September, Produksi Garam Rakyat Capai 1,25 Juta Ton

Bisnis.com,10 Okt 2018, 20:52 WIB
Penulis: Juli Etha Ramaida Manalu
Ilustrasi/Antara-Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA— Total produksi garam rakyat hingga akhir September 2018 hanya mampu mencapai 1,25 juta ton atau 16,6% lebih rendah dari prediksi sebelumnya sebesar 1,5 juta ton.

Melesetnya realisasi produksi garam ini lantaran adanya curah hujan yang terjadi di akhir September di hampir seluruh sentra produksi garam yang ada. Sebelumnya, cuaca yang bagus pada September tahun ini diprediksi akan bisa mendorong produksi garam mencapai 750.000 ton. Namun, hujan yang muncul menyebabkan realisasi produksi sepanjang September hanya mampu mencapai 500.000 an ton.

“Hampir keseluruhan [sentra produksi garam mengalami curah hujan] selama 2 sampai 3 hari. Ada yang deras ada yang nggak. Itu yang berpengaruh [sehingga prediksi produksi] dari sekitar 700.000 an [ton, realisasinya] cuma sekitar 500.000 an [ton],” kata Ketua Asosiasi Petani Garam Indonesia [APGRI] Jakfar Sodikin ketika dihubungi Bisnis, Rabu (10/10/2018)

Dengan kondisi tersebut, pihaknya memprediksi produksi garam petani rakyat hanya akan mencapai 1,95 juta ton hingga akhir Oktober. Produksi garam  pada Oktober yang menjadi waktu puncak panen garam setelah Septemer diharapkan bisa mencapai 700.000 an ton dengan catatan tidak terjadi hujan sepanjang bulan.

Lebih lanjut, pihaknya juga berharap panen garam masih bisa berlangsung hingga pertengahan November dengan produksi mencapai 300.000 ton. Dengan demikian, produksi garam rakyat sepanjang 2018 bisa mencapai 2,25 juta ton. Seperti diberitakan Bisnis sebelumnya, APGRI mencatat realisasi produksi garam pada Juli-Agustus tahun ini mencapai 750.000 ton.

“Itu dengan asumsi panas penuh dalam satu bulan [September]. Nggak ada mendung, anginnya kencang. Jika cuaca seperti sekarang [panas] berarti [produsi garam pada November] mungkin sekitar 300.000 an ton. Kalau pertengahan kenapa saya tidak targetkan hingga 350.000 ton atau lebih, itu kalau saya optimis di 300.000 ton atau bahkan 250.000 ton dalam setengah bulannya, karena waktu itu sudah terjadi peralihan musim [sehingga] anginnya sudah mulai tidak ada,” jelasnya.

Jakfar melanjutkan, bila dilihat dari kondisi musim yang terjadi saat ini, produksi garam rakyat seharusnya bisa lebih baik lagi. Namun, kondisi cuaca dalam dua tahun sebelumnya sedikit banyak berpengaruh pada produksi garam tahun ini.

Menurutnya, musim kemarau basah yang terjadi pada tahun lalu dan tahun sebelumnya membuat kondisi tanah yang berfungsi sebagai meja garam tidak terlalu optimal dalam mendukung proses kristalisasi garam.

“Sebenarnya, kalau dilihat dari lamanya musim [kemarau] tahun sekarang itu harusnya kita produksinya tinggi sekali tapi karena ada pengaruh cuaca kurang panas di 2016 dan 2017,  di 2018 ini tambak garam itu kurang greng.Berdasarkam pengalaman, pengaruh dari tahun-tahun sebelumnya [hujan berkepanjangan mengakibatkan] si tanah itu lama tergenang air hujan. Jadi agak kurang panas,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bunga Citra Arum Nursyifani
Terkini