Ekspor Masih Lemah, Stafsus Presiden: Pasar Internasional Tumbuh Terbatas

Bisnis.com,15 Okt 2018, 18:01 WIB
Penulis: Amanda Kusumawardhani
Mobil Mitsubishi Xpander yang akan diekspor berada di PT Indonesia Kendaraan Terminal atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta, Rabu (25/4/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Istana menilai pertumbuhan ekspor yang masih lemah pada Januari—September 2018 dipengaruhi sejumlah faktor yang salah satunya adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia.

Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia Januari–September 2018 mencapai US$134,99 miliar atau naik 9,41% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Namun, jika dibandingkan bulan sebelumnya, total ekspor September 2018 mencapai US$14,83 miliar atau turun 6,58% dibandingkan bulan sebelumnya. 

Penurunan kinerja ekspor ini dipicu oleh melemahnya ekspor di sektor migas maupun sektor nonmigas. Ekspor di sektor migas mengalami penurunan sebesar 15,81%, sedangkan sektor non migas menyusut 5,67%.

"Kita berhadapan dengan situasi di mana pasar internasional yang pertumbuhannya terbatas. Variabelnya tidak bisa dilihat dari sisi daya saing dan produktivitas domestik, ujungnya kita harus menjual ke pasar ekspor," kata Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika di Jakarta, Senin (15/10/2018).

Dia mengemukakan pasar utama komoditas yang diekspor Indonesia mengalami tekanan antara lain China, Jepang, Asean, hingga Eropa.

Khusus untuk Amerika Serikat, Erani mengungkapkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut mulai membaik, kendati porsi ekspor ke Amerika Serikat hanya di kisaran 14%-15%.

Menurutnya, diversifikasi pasar ekspor harus terus dilakukan untuk mengantisipasi penurunan permintaan lebih dalam di pasar-pasar ekspor utama RI.

"Ada beberapa negara di Asia Timur, Afrika, dan Asia Selatan [pertumbuhan ekonomi cukup tinggi]," tambahnya.

Selain diversifikasi pasar ekspor, Erani juga menambahkan upaya hilirisasi harus terus digenjot untuk meningkatkan daya saing produk unggulan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Stefanus Arief Setiaji
Terkini