Calon Istri Khashoggi Tolak Undangan Trump

Bisnis.com,27 Okt 2018, 13:14 WIB
Penulis: Nirmala Aninda
Sejumlah aktivis HAM memegang foto jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi dalam unjuk rasa di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Istanbul, Turki, Selasa (9/10)./Reuters-Osman Orsal

Kabar24.com, JAKARTA -- Calon istri Jamal Khashoggi, Hatice Cengiz, menolak undangan dari Presiden AS Donald Trump untuk menemuinya di Gedung Putih dengan alasan pertemuan tersebut hanya untuk mempengaruhi opini publik terhadap Trump.

Dalam wawancara televisi pertamanya sejak Khashoggi dibunuh, Cengiz menceritakan peristiwa ketika dia dan tunangannya datang ke Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki pada Selasa (2/10/2018). Sebelum masuk, Khasoggi memberikan dua ponselnya sedangkan Cengiz menunggu di luar.

Dilansir dari Reuters, Sabtu (27/10), Khashoggi menghilang setelah memasuki konsulat untuk mendapatkan dokumen yang diperlukan untuk pernikahannya dengan Cengiz, seorang warga negara Turki.

"Trump mengundang saya ke AS, tetapi saya menganggapnya sebagai pernyataan untuk memenangkan dukungan publik," ujar Cengiz kepada penyiar Haberturk.

Cengiz mengungkapkan Khashoggi awalnya khawatir ketegangan akan muncul ketika dia mengunjungi konsulat untuk pertama kalinya pada Jumat (28/9). Namun, dia ternyata diperlakukan dengan baik pada kunjungan itu.

Perlakuan  yang diterima Khashoggi pada kunjungan pertama ke konsulat membuatnya berasumsi bahwa pada akhirnya dia tidak akan ditangkap atau dirugikan di Turki.

"Jaringan lokalnya di Turki sangat bagus seperti yang Anda tahu, jaringan politiknya juga. Dia pikir Turki adalah negara yang aman dan jika dia akan ditahan atau diinterogasi, masalah ini akan dengan cepat diselesaikan," tuturnya.

Setelah beberapa pekan menyangkal pengetahuan tentang keberadaan Khashoggi dan mengubah pernyataan beberapa kali, Pemerintah Arab Saudi akhirnya menyampaikan pembunuhan terhadap jurnalis The Washington Post yang sering mengkritik Arab Saudi memang direncanakan.

Trump dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) diketahui telah membina hubungan yang hangat dalam beberapa waktu terakhir.

Meski, terkait kasus ini, Trump mengumumkan bahwa MBS, penguasa de facto Arab Saudi, memiliki tanggung jawab tertinggi. Riyadh juga dinilai telah melakukan "penyangkalan terburuk" atas pembunuhan tersebut.

Sementara itu, Pemerintah Turki telah menyiapkan permohonan ekstradisi atas 18 tersangka yang diduga terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini