Kehilangan Kekaisaran Pascamenikah, Putri Ayako Mengaku Tetap Senang

Bisnis.com,31 Okt 2018, 09:39 WIB
Penulis: Newswire

Bisnis.com, JAKARTA - Putri Ayako menikah dengan warga biasa Kei Moriya pada Senin dalam upacara adat di kuil Meiji, Tokyo.

Pernikahan itu menjadikan Ayako wanita terkini yang meninggalkan keluarga kekaisaran Jepang.

Putri berusia 28 tahun itu, yang merupakan anak ketiga mendiang Pangeran Takamado, sepupu Kaisar Akihito, kehilangan kekaisarannya karena mengikat perkawinan dengan Kei Moriya, karyawan berusia 32 tahun dari perusahaan pelayaran Nippon Yusen.

Meski demikian, sang putri yang mengenakan kimono berlapis banyak dan tata rambut khas bangsawan kekaisaran, dalam pernikahannya itu mengaku sangat bahagia.

Sementara itu, mempelai pria mengenakan tuksedo hitam dengan celana panjang abu-abu untuk upacara di kuil itu, yang dipersembahkan kepada ruh kakek buyutnya, Kaisar Meiji.

"Saya penuh sukacita untuk menikah dan begitu banyak orang mendatangi kami di Kuil Meiji dan mengucapkan selamat kepada kami," kata Putri Ayako pada jumpa pers sesudah upacara pernikahan tertutup secara Shinto tersebut.

Bangsawan Jepang diberi kebebasan untuk menikah dengan siapa pun pilihan mereka, setidak-tidaknya sudah tiga angkatan. Kaisar Akihito adalah putra mahkota pertama yang menikahi orang biasa, perempuan yang menjadi Permaisuri Michiko. Mereka bertemu di lapangan tenis.

Putri Ayako harus meninggalkan kedudukan kekaisarannya karena menikahi orang biasa, seperti juga untuk wanita di bawah hukum pergantian Jepang. Ia akan menjadi Ayako Moriya sesudah menandatangani surat nikah pada Senin malam.

Keluarga kerajaan Jepang mengalami kekurangan laki-laki.

Pangeran Mahkota Naruhito, yang mengambil alih kedudukan sesudah Akihito turun takhta pada tahun depan, saudaranya Fumihito, keponakannya Hisahito dan Masahito, saudara laki-laki Kaisar Akihito yang berusia 80-an tahun, adalah hanya empat lelaki yang tersisa sebagai ahli waris takhta.

Penyusutan keluarga kekaisaran itu menimbulkan kekhawatiran dan seruan untuk mengubah Undang-Undang Pergantian Kekaisaran, tapi kalangan kolot sangat menentang wanita mewarisi Takhta Krisan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini