Industri Mamin Targetkan Pertumbuhan 8%-9% Tahun Ini

Bisnis.com,05 Nov 2018, 08:30 WIB
Penulis: Wibi Pangestu Pratama
Pekerja mengemas produk minuman kopi serbuk di pabrik produk hilir PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, Banaran, Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (31/7)./ANTARA FOTO-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) menargetkan pertumbuhan 8%-9% untuk industri makanan dan minuman (mamin) hingga pengujung tahun ini.

Ketua Gapmmi Adhi S. Lukman menjelaskan perkiraan tersebut jumlahnya cenderung sama dengan nilai pertumbuhan mamin pada 2017 yang sebesar 9,23%.
 
Pertumbuhan tahun ini didorong beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bisa dipertahankan di atas 5% serta pertumbuhan penduduk tiap tahunnya hingga 4 juta jiwa. Selain itu, faktor perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan, turut mendorong kenaikan.

Namun, target tahun depan mesti ditingkatkan. Salah satu hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan tersebut adalah percepatan belanja konsumsi pemerintah.

"Ditambah lagi harapan tambahan belanja dalam masa kampanye Pilpres dan Pileg 2019," ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.
 
Penerapan industri 4.0 dinilai mampu mendorong peningkatan nilai tersebut serta mendorong daya saing industri mamin dalam skala global.

Adhi mengaku di industri mamin belum ada yang menerapkan 4.0 secara utuh. Padahal, industri mamin mutlak harus mempersiapkan diri dan bergerak ke arah 4.0 jika tidak ingin semakin tertinggal di pasar global.
 
Teknologi dinilai hanya salah satu intrumen dalam penerapan industri 4.0. Hal penting lain yang harus diperhatikan adalah regulasi, ketersediaan bahan baku, investasi, dan faktor-faktor lainnya.

Dia menjelaskan sulit memprediksi perkembangan industri mamin setelah 4.0 diterapkan, tapi apabila faktor-faktor tadi dapat disiapkan dan diperhatikan maka industri mamin akan sangat berkembang.
 
Penerapan industri 4.0 dalam sektor mamin pun menghadapi beberapa tantangan. Tantangan pertama adalah kompetensi tenaga kerja untuk mengoperasikan industri 4.0. Untuk itu, perlu dilakukan penyesuaian kurikulum pendidikan.
 
"Sekarang, pemerintah sedang membahas pemberian insentif bagi perusahaan yang mau menyediakan pendidikan vokasi, kerja sama dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), perguruan tinggi, biaya pendidikan akan mengurangi beban pajak," tutur Adhi.

Tantangan selanjutnya adalah infrastruktur internet. Konektivitas akan diikuti isu keamanan data, dana pendukung, dan regulasi yang menaungi aktivitas digital tersebut.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini