Bisnis.com, SURABAYA -- PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA terus mengejar pasar ekspor dengan mengikuti lelang baru proyek pembuatan kereta barang untuk Bangladesh sebanyak 75 gerbong senilai US$20 juta.
Direktur Utama INKA Budi Noviantoro mengatakan nilai pembuatan gerbong kereta barang untuk Bangladesh ini memang tidak besar. Tetapi, negara Asia Selatan itu cukup banyak menyumbang ekspor kereta api Indonesia karena sudah tiga kali melakukan kontrak dengan INKA untuk kereta penumpang.
"Baru kemarin kami submit lelang di Bangladesh untuk kereta barang yang biayanya sekitar Rp600 juta-Rp700 juta per gerbong. Semoga saja menang," ungkapnya saat ditemui Bisnis di sela-sela "INKA Goes to Campus ITS", Selasa (6/11/2018).
Saat ini, terang Budi, INKA sedang mengembangkan proyek pembuatan kereta api secara paket atau yang disebut Indonesia Railway Development Consorsium dengan menawarkan paket pengerjaan mulai dari desain, pengadaan, pembuatan kereta, konstruksi hingga pembiayaan melalui Bank Exim.
Perseroan akan menjual paket Light Rail Transit (LRT) ke luar negeri. Pekan lalu, INKA sudah melakukan promosi ke Filipina, Vietnam, Myanmar, dan Bangladesh.
Filipina disebut telah menunjukkan ketertarikan atas paket yang ditawarkan.
Selain itu, INKA juga mempunyai program greenfield, yakni menggarap rangkaian kereta, desain, sekaligus turut berinvestasi di luar negeri sehingga bisa meningkatkan kinerja perseroan.
"Greenfield masih baru sekali. Selain membuat kereta, kami juga bisa investasi di sana. Kami tawarkan ke Cebu, Filipina, mungkin bulan depan kami akan dipanggil Walikota Cebu untuk presentasi bersama teman-teman BUMN," ujarnya.
Budi menambahkan tahun depan produksi INKA akan difokuskan pada pengerjaan kontrak proyek yang sudah berjalan yakni penyelesaian LRT Jabodebek, 250 kereta penumpang pesanan Bangladesh, 50 kereta pesanan Thailand, dan 75 gerbong penumpang pesanan Sri Lanka.
Untuk kereta pesanan Bangladesh, spesifikasinya adalah berbadan lebar dan setiap gerbong berisi 90 kursi. Adapun pesanan dari Sri Lanka adalah pesanan berupa paket, sehingga Bank Exim turut memberikan pinjaman kepada Pemerintah Sri Lanka untuk membeli kereta tersebut.
Perseroan mengakui beberapa tahun lalu industri kereta api belum begitu menarik. Namun, sejak 2015, perusahaan pelat merah itu menggencarkan pengembangan industrinya.
"Dulu itu ekspor kami kecil-kecil, tidak banyak, paling ke Malaysia. Tapi, sekarang ini masif sekali apalagi permintaan pasar ekspor juga meningkat," sambungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel