Bisnis.com, JAKARTA – Keyakinan terhadap prospek investasi saham dalam jangka panjang membuat portofolio investasi industri asuransi jiwa masih terus gencar mengalir ke instrumen saham, meskipun Indeks Harga Sagam Gabungan (IHSG) saat ini berfluktuasi.
Pengamat asuransi Irvan Rahadjo menilai, dalam kondisi pasar modal yang berfluktuasi, nasabah asuransi jiwa, terutama yang memiliki produk unitlink, secara umum masih meyakini prospek jangka panjang investasi di instrumen saham. Di sisi lain, pilihan instrumen investasi juga masih relatif terbatas.
Dalam jangka panjang, lanjutnya, instrumen saham menawarkan peluang imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya. Dengan teknik investasi yang tepat, nasabah unitlink dapat mengoptimalkan perolehan return sekaligus mengurangi risiko penurunan nilai investasi.
“Harus nunggu saat jual dan saat beli yang tepat berdasarkan analisa teknikal dan fundamental yang akurat," katanya kepada Bisnis, Minggu (11/11/2018).
Mengutip data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), investasi asuransi jiwa pada instrumen saham per kuartal II/2018 mencapai Rp140,93 triliun, meningkat 11,59% dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp126,29 triliun. Tambahan dana investasi senilai Rp14,64 triliun selama periode satu tahun tersebut semakin mengukuhkan posisi saham sebagai salah satu instrumen investasi utama yang dipilih oleh industri asuransi jiwa selain instrumen reksa dana.
Per kuartal II/2018, alokasi investasi pada instrumen saham mencapai 31,6% terhadap total investasi asuransi jiwa. Pada periode yang sama tahun lalu, alokasi investasi saham baru mencapai 29,0% dibandingkan dengan total investasi. Sementara itu, alokasi investasi reksa dana justru sedikit menurun menjadi 33,0% terhadap total investasi per kuartal II/2018. Pada periode yang sama tahun lalu, investasi reksa dana tercatat sebesar 33,7% terhadap total investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel