Mata Uang Asia Perkasa, Rupiah Pimpin Penguatan

Bisnis.com,15 Nov 2018, 17:49 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup menguat tajam lebih dari 100 poin pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (15/11/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup di zona hijau dengan penguatan 122 poin atau 0,83% di level Rp14.665 per dolar AS, melanjutkan penguatan di hari ketiga berturut-turut.

Mata uang Garuda sebelumnya dibuka dengan penguatan 34 poin atau 0,23% di level Rp14.753 per dolar AS, setelah berakhir terapresiasi 0,12% atau 18 poin di level Rp14.787 per dolar AS pada perdagangan Rabu (14/11).

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.645-Rp14.783 per dolar AS.

Rupiah memimpin seluruh mata uang lain di Asia yang juga terapresiasi. Disusul peso Filipina yang menguat 0,76% dan rupee India yang menguat 0,47%.

Menurut Mingze Wu, seorang pedagang valas di INTL FCStone di Singapura, mata uang Asia secara umum terlihat lebih kuat karena dolar AS telah menerima tekanan penurunan.

“Friksi perdagangan antara AS dan China tampaknya telah melunak secara signifikan, sesuatu yang postif, tetapi akan sangat sulit bagi pasar negara berkembang dan mata uang komoditas untuk terus menguat tanpa melihat beberapa bentuk dukungan harga ekuitas.”

Indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya terpantau menguat 0,56% atau 0,538 poin ke level 97,341 poin pada pukul 16.17 WIB.

Indeks dolar rebound saat dibuka di zona hijau dengan kenaikan 0,204 poin atau 0,21% di level 97,007, setelah pada perdagangan Rabu (14/11) berakhir melemah 0,51% atau 0,500 poin di posisi 96,803.

Dalam acara Dallas Fed, Gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan tentang kuatnya perekonomian AS kuat. Namun Powell juga mengutarakan potensi tantangan tahun depan saat para pembuat kebijakan mempertimbangkan seberapa jauh dan cepat untuk menaikkan suku bunga.

“Kami harus memikirkan berapa banyak lagi dan laju untuk menaikkan suku bunga,” ujar Powell, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini