Kampanye Pilpres 2019 Dangkal, Capres-Cawapres Berkutat Perang Diksi

Bisnis.com,16 Nov 2018, 10:43 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Pasangan calon Presiden Joko Widodo-Maruf Amin (kanan) dan pasangan capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berdoa, di sela-sela pengambilan undian nomor urut untuk Pilpres 2019, di kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Jumat (21/9/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Narasi kampanye Pilpres 2019 kian jauh dari substansi, selain sangat dangkal gagasan dan berkutat pada perang diksi yang minim isi.

Demikian pendapat dikemukakan oleh pengamat Politik Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniagao, Jumat (16/11/2018).

Menurutnya, situasi demikian sangat menganggu kualitas demokrasi secara substansial. Apalagi adanya dagelan politik murahan yang tak bermutu seperti lontaran diksi politik sontoloyo, politik kebohongan, politik gendoruwo, tampang Bayolali, budek/buta hingga tempe setipis kartu ATM.

“Diksi dan frasa ini pada ujungnya mendapat hubungan aksi dan reaksi (kausalitas) yang justru membuat bising dan memekakkan di ruang opini publik,” ujarnya.

Pertanyaan adalah, apakah politik saling sindir berdampak positif terhadap citra kandidat atau justru menggembosi elektabilitas capres itu sendiri. Artinya, akan terjadi “senjata makan tuan”.

Pangi mengatakan Capres Jokowi mestinya menjaga konsistensinya yang terkenal dengan politik santun, tenang, tidak nyinyir. Jokowi juga dikenal tidak suka menyerang, tidak menyindir dan tidak menuding yang pada pemilu 2014 yang mengantarkannya memenangkan pemilu.

Mestinya Jokowi fokus saja mempromosikan kinerja dan prestasinya ke publik seperti infastruktur menjadi proyek andalannya sehingga masyarakat tahu apa yang sudah dilakukan oleh pemerintahannya.

Perang urat saraf dan politik saling sindir ini pada dasarnya tidak memberikan azaz kemanfaatan bagi masyarakat. Sementara pada saat yang sama rakyat sedang berkutat pada kesulitan ekonomi dan beragam persoalan lainnya yang banyak dimamfaatkan oleh kubu Prabowo sebagai serangan kepada petahana.

“Sangat tidak elok membuat kebisingan dengan memainkan sentimen publik, sementara pada saat yang sama kebisingan tersebut tidak memberi dampak apapun terhadap rakyat,” ujarnya.

Mestinya perilaku politik Jokowi dan Prabowo sebagai capres berpanduan pada moral dan habitus politik yang baik, ujarnya. Bukan politik saling sindir, menyudutkan dan membuat polemik setiap pernyataan (statement) politiknya.

Pangi juga mengingatkan pasangan capres-cawapres dan timnya bahwa mereka sebetulnya punya beban moral untuk menjaga keutuhan bangsa dengan tidak mempertajam pembelahan dan konflik sosial. Dengan demikian sikap politik dari masing-masing kandidat dan timnya harus lebih arif dan bijak dalam membuat pernyataan politik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini