Bank Permata Optimistis Pertumbuhan Kredit 2019 Bisa Capai 12%

Bisnis.com,28 Nov 2018, 20:23 WIB
Penulis: Ipak Ayu H Nurcaya

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Permata Tbk. optimistis melihat prospek bisnis pada 2019 mendatang akan lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada dua tahun terakhir. Bank Permata terus berupaya memperkuat fundamental untuk menghadapi persaingan pada masa mendatang.

Direktur Utama Bank Permata Ridha D.M. Wirakusumah menilai dari kondisi dalam negeri, tahun depan akan lebih banyak infrastruktur yang selesai dikerjakan sehingga akan menunjang perekonomian dalam negeri.

Di samping itu, pemerintah juga berjanji bahwa seusai melakukan pengembangan infrastruktur akan melanjutkan pada pembangunan sumber daya manusia. Menurutnya, hal itu sangat sejalan dengan rencana bisnis perseroan yang ingin turut membangun kualitas masyarakat lebih baik ke depan.

"Lalu ada pemilu, saya justru menyambut dengan exciting, kita terbukti semakin matang dalam bernegara," katanya saat ditemui di Permata Tower III Bintaro, Rabu (28/11/2018).

Ridha menambahkan bahwa dari sisi eksternal, menurutnya Indonesia memang mesti tetap berhati-hati menghadapi segala ketidakpastian yang terjadi. Namun, porsi Indonesia dinilai masih kecil di tataran global. Sementara itu, Ridha menyebut dari sisi fungsi intermediasi perseroan, Permata turut optimistis akan mendapati pertumbuhan kredit yang lebih kencang dari tahun ini. Meski dalam menetapkan target, perseroan masih akan memilih angka industri yakni kisaran 10% —12%.

"Kami sudah cukup membenahi fundamental dala dua tahun ini sehingga tahun depan pasti akan lebih tinggi pertumbuhannya. Prinsipnya kami tidak cuma lihat kenaikannya tapi keamanan karena tidak mau besar tapi buruk," ujarnya.

Sementara itu, dari laporan keuangan perseroan sampai dengan kuartal III/2018 lalu, perseroan dengan sandi saham BNLI ini telah telah menyalurkan kredit sebesar Rp107 triliun atau tumbuh sebesar 15% dari realisasi pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp92,8 triliun.

Pertumbuhan kredit ini didorong oleh penyaluran pembiayaan ke sektor ritel dan grosir masing-masing sebesar 14% dan 17% secara tahunan. Alhasil, pendapatan bunga bersih tumbuh sebesar 3% menjadi Rp4,2 triliun dari Rp4 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sayangnya, dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) per September kemarin turut naik sebesar 10 bps menjadi 4,8% dari periode yang sama tahun lalu.

Hal itu pun berimbas pada pendapatan laba bersih perseroan yang turut merosot sebesar 38% menjadi Rp494 miliar dari Rp700 miliar pada kuartal III/2017. Ridha mengatakan penurunan ini terjadi karena perseroan sedang memperbaiki dana talangan untuk mengantisipasi tren kenaikan kredit bermasalah perseroan.

"Kami masih dalam proses berbenah untuk make sure bahwa provisi dibangun terus dari yang dulu. Kami dalam proses perbaikan diri sekitar dua sampai tiga tahun ini, tetapi setiap ada uang kita tabung untuk provisi. Selalu begitu," kata Ridha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farodilah Muqoddam
Terkini