Bisnis.com, SEMARANG—PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mematok target konservatif pada tahun depan, baik untuk kinerja intermediasi maupun pencapaian laba.
Perseroan menargetkan pencapaian laba dapat mencapai kisaran 16%—19% pada tahun depan. Adapun, untuk target ekspansi penyaluran kredit dan penghimpunan dana diproyeksikan mencapai pertumbuhan di angka 15% secara tahunan.
Direktur Utama BTN Maryono mengungkapkan, target pertumbuhan yang masuk dalam rencana bisnis bank (RBB) tersebut merupakan target konservatif dengan mempertimbangkan beberapa. Salah satunya, tren kenaikan suku bunga acuan yang diekspektasikan masih akan berlanjut hingga mencapai 6,5% pada tahun depan.
“Target tersebut juga sudah dengan penyesuaian kebutuhan alokasi CKPN [Cadangan Kerugian Penurunan Nilai] untuk persiapan pemenuhan PSAK 71 pada 2020,” ujarnya di Jakarta, sebelum memberangkatkan tim media dan direksi BTN untuk menghadiri media gathering di Semarang, Jumat (30/11/2018).
Maryono menilai, target RBB perseroan juga telah didasarkan pada suasana politik yang akan menghangat jelang pemilihan umum (pemilu) legisiatif dan presiden yang akan dilakukan serentak pada 2019. Namun, dia menilai pengaruh tahun politik sangat kecil terhadap bisnis BTN.
“Kami berharap Pemilu berjalan damai dan lancar sehingga tidak mengganggu iklim bisnis di Indonesia. Pemilu itu April setelah itu akan berjalan seperti biasa. Jadi pengaruhnya kecil tahun politik ini,” tegasnya.
Menurutnya dengan melihat kondisi tersebut, BTN optimistis penyalurkan pembiayaan perumahan perseroan dapat mencapai sekitar 775.000 unit, sedikit lebih tinggi daripada target tahun ini, 750.000 unit.
Untuk merealiasikan target tersebut, perseroan akan menggenjot kontribusi pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).
Strategi tersebut, lanjutnya sejalan dengan rencana perseroan untuk memperkuat pertumbuhan KPR untuk segmen Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Selain MBR, perseroan juga akan membidik lebih banyak pembiayaan perumahan kepada Aparatur Sipil Negara (ASN).
Perseroan juga akan meningkatkan kualitas layanan dan processing kredit pada tahun depan. Hal itu akan didukung oleh implementasi struktur organisasi yang lebih tangkas serta implementasi inisiatif branch activity.
Dengan berbagai strategi dan rencana tersebut, lanjutnya, perseroan mengharapkan dapat berkontribusi lebih baik lagi terhadap program sejuta rumah yang digagas pemerintah. Melihat tren sejauh ini, dia optimistis kontribusi BTN dapat terus meningkat.
Pada 2015, program sejuta rumah berhasil tercapai sebanyak 669.770 unit. Setahun berselang, jumlah unit meningkat menjadi 805.169 unit dan pada 2017 realisasi mencapai 904.758 unit. Tahun ini angka realisasi program sejuta rumah juga diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Sejalan dengan pertumbuhan tersebut, pertumbuhan penyaluran KPR perseroan terus menignkat sejak 2015. Secara kumulatif, hingga akhir September 2018, BTN telah menyalurkan KPR sebanyak 2.311.421 unit dengan nilai Rp242,918 triliun.
Pada 2015, KPR yang disalurkan perseroan baru mencapai 474.099 unit senilai Rp52,452 triliun, pada 2016 jumlah tersebut meningkat menjadi 595.566 unit, senilai Rp63,995 triliun. Tahun lalu, jumlah realisasi unit KPR meningkat menjadi 667.312 unit, senilai Rp71,538 triliun.
Melihat tren positif tersebut, Maryono mengatakan bahwa BTN optimistis penyaluran KPR bisa tembus 750.000 unit pada akhir tahunini. Hingga akhir September, KPR yang sudah disalurkan sebanyak 574.444 unit senilai Rp54,933 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel