KTT G20: Isu Proteksionisme Kembali Jadi Sasaran

Bisnis.com,01 Des 2018, 11:02 WIB
Penulis: Annisa Margrit
Para pemimpin negara-negara G20 dan mitranya berfoto bersama di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Buenos Aires, Argentina, Jumat (30/11/2018)./Reuters-Marcos Brindicci

Bisnis.com, JAKARTA -- Proteksionisme kembali menjadi sasaran dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang digelar pada 30 November-1 Desember 2018 di Buenos Aires, Argentina. 
 
Presiden China Xi Jinping dan para pemimpin negara-negara ekonomi besar lainnya mengutuk kebijakan proteksionisme yang membayangi perang dagang AS-China.
 
Pemimpin negara-negara BRICS--yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan--mengeluarkan pernyataan bersama meminta keterbukaan perdagangan internasional dan penguatan World Trade Organization (WTO). Negara-negara ini juga merupakan anggota G20.
 
"Semangat dan aturan WTO melawan sistem proteksionisme dan unilateral. Kami meminta seluruh anggota untuk menentang langkah-langkah yang tidak konsisten terkait WTO, berdiri di samping komitmen yang telah diambil di WTO," papar pernyataan tersebut seperti dilansir Reuters, Sabtu (1/12/2018).
 
AS dan China terlibat dalam sengketa dagang sejak paruh pertama 2018, yang turut menyeret negara-negara mitra dagang lain kedua negara dan menjadi risiko tersendiri terhadap kinerja perekonomian global. 
 
Kedua negara tersebut telah melakukan aksi balas membalas tarif impor. Teranyar, Presiden AS Donald Trump mengancam akan kembali mengerek tarif impor atas barang-barang China senilai US$200 miliar dari 10% menjadi 25% pada Januari 2019.
 
Perwakilan AS dan China pun memanfaatkan KTT G20 untuk melakukan pembicaraan dagang lanjutan.
 
Sementara itu, negara-negara G20 lainnya pun masih berupaya mencapai konsensus dalam komunike terkait isu perdagangan, migrasi, dan perubahan iklim. Padahal, pada G20 sebelum-sebelumnya, komunike bersama selalu sudah tercapai jauh-jauh hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini