Bisnis.com, MEDAN – Bank Indonesia berharap tingkat konsumsi masyarakat Sumatera Utara semakin meningkat sejalan dengan terjaganya tingkat inflasi di level yang rendah.
Badan Pusat Statistik Sumut mencatat tingkat inflasi tahunan Sumut sebesar 1,77% year on year (YoY) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 2,73% (YoY) serta berada di bawah rata-rata historis 5 tahun terakhir sebesar 6,21% (YoY).
Adapun, secara bulanan per November 2018 Sumut mengalami deflasi sebesar 0,51% yang didorong oleh penurunan harga bahan makanan terutama komoditas cabai merah dan cabai rawit.
“Penurunan harga bahan makanan diharapkan dapat mendorong konsumsi masyarakat dengan harga yang lebih terjangkau,” kata Pjs Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut Hilman Tisnawan pada Senin (3/12/2018).
Sementara itu, tingkat inflasi kelompok pengeluaran lainnya relatif stabil. Tekanan inflasi yang terjadi pada kelompok perumahan dan transportasi sejalan dengan kenaikan harga semen, beton, sewa rumah dan angkutan udara.
“Kenaikan harga pada kedua kelompok ini mengindikasikan adanya kenaikan permintaan dan konsumsi masyarakat yang relatif masih baik serta diharapkan masih kondusif bagi perkembangan dunia usaha ke depan,” paparnya.
Bank Indonesia memperkirakan tekanan inflasi Sumut pada akhir tahun berada di bawah sasaran yakni 3,5%±1% (yoy) dengan bias bawah.
“Berdasarkan pola historisnya, inflasi Desember selama 3 tahun terakhir mencapai 0,77%. Dengan asumsi demikian, inflasi akhir tahun 2018 diperkirakan berada dibatas bawah sasaran.
Dalam rangka pengelolaan inflasi, KPw Bank Indonesia Sumut dan pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumut berkomitmen mengawal inflasi rendah untuk menjaga daya beli masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel