Lini Produksi Kedua Sunrise Steel Mulai Beroperasi pada Kuartal II/2019

Bisnis.com,12 Des 2018, 17:27 WIB
Penulis: Annisa Sulistyo Rini
Pekerja mengelas kawat tiang pondasi proyek double-double track (DDT) atau rel ganda Paket A Manggarai-Jatinegara, Jakarta, Jumat (21/)./Antara-Angga Budhiyanto

Bisnis.com, JAKARTA--Lini produksi kedua PT Sunrise Steel diperkirakan mulai beroperasi secara penuh pada kuartal II tahun depan.

Henry Setiawan, Presiden Direktur Sunrise Steel, mengatakan saat ini lini baru tersebut sudah mulai dioperasikan, tetapi belum full capacity dan belum stabil karena masih memerlukan pengaturan lebih lanjut.

"Masalah teknis biasa karena mesin baru sehingga harus di-setting, ada tahapannya. Nanti kuartal II/2019 mulai full," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (12/12/2018).

Ketika lini produksi dengan kapasitas terpasang sebesar 140.000 ton per tahun beroperasi secara penuh, Sunrise Steel menjadi produsen baja lapis aluminium seng (BjLAS) terbesar di Indonesia. Produsen lainnya, yaitu NS Bluescope Indonesia memiliki kapasitas terpasang sebesar 250.000 ton per tahun, sedangkan PT Saranacentral Bajatama Tbk. sekitar 150.000 ton per tahun.

Henry menyatakan dia berharap dengan penambahan lini produksi ini, perseroan bisa meningkatkan pangsa pasarnya di pasar domestik dari belasan persen menjadi 30% terhadap keseluruhan produk baja lapis yang beredar, termasuk produk impor.

Dia menyatakan permintaan baja lapis pada saat ini cukup baik walaupun konsumen memilih untuk wait and see karena terdapat penurunan harga baja dan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Menurutnya, harga baja lapis sudah berada di level stabil dan diperkirakan tidak akan turun lebih dalam.

"Pasar masih menunggu [harga turun lagi], tetapi di China sudah rebound, diperkirakan menjelang imlek bakal naik karena pabrik di China banyak libur. Kalau ditunggu lebih lama, malah bisa harga kembali naik," jelasnya.

Sebelumnya, Yan Xu, Ketua Umum Indonesia Zinc Aluminium Steel Industries (IZASI) memandang pasar baja di Indonesia cukup positif di masa mendatang. Apalagi, Indonesia memiliki pasar yang potensial dengan jumlah penduduk paling besar di kawasan Asia Tenggara dan kelas menengah yang terus tumbuh.

Berdasarkan data IZASI permintaan baja lapis di Indonesia mencapai 1,3 juta ton per tahun. Jumlah ini seharusnya mampu menyerap seluruh produksi yang dihasilkan oleh anggota asosiasi. Total kapasitas anggota asosiasi baja lapis ini 660.000 ton dan kapasitas terpakai tidak sampai setengahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Maftuh Ihsan
Terkini