Distributor Barang Diminta Turut Tangani Problem Sampah

Bisnis.com,13 Des 2018, 19:30 WIB
Penulis: Feri Kristianto
Warga membersihkan sampah yang hanyut terbawa arus di pinggiran pantai Senggigi, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, NTB, Senin (10/12/2018)./Antara-Ahmad Subaidi

Bisnis.com, DENPASAR – Pemkab Klungkung akan mengetuk distributor penghasil sampah plastik untuk ikut bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Bupati Klungkung Nyoman Suwirta mengharapkan antara distributor dengan Pemda ada integrasi sehingga ada solusi cepat penanganan sampah plastik. Salah satunya, diharapkan distributor ikut berkontribusi terkait penyediaan mesin pengolahan sampah menjadi pelet.

Klungkung memiliki program tempat olah sampah setempat (TOSS). Suwirta menegaskan aka mempercepat pembentukan TOSS untuk mengubah sampah menjadi peluang usaha di 59 desa dan kelurahan.

Suwirta menegaskan TOSS tidak hanya solusi pengolahan sampah tetapi juga potensi bagi desa untuk mengembangnkan badan usaha milik desa. Hingga saat ini desa dan kelurahan di Klungkung yang telah membentuk TOSS baru 18.

"TOSS tempat olah sampah, kita kebanyakan malas apalagi urusan sampah tapi semua mau bersih. Dengan TOSS kita menciptakan sesuatu jadi bersih," jelasnya ditemui di Klungkung, Kamis (13/12/2018).

TOSS merupakan program tempat pengolahan sampah rumah tangga. Di TOSS, sampah kemudian diolah menjadi pelet untuk bahan bakar energi yang digunakan oleh PLN.

Suwirta mengatakan teknologi hasil kerjasama dengan Indonesia power dan STT PLN. Dia berharap teknologi ini benar benar menjadikan Klungkung bebas dari persoalan sampah.

“Kedepan saya berupaya mewujudkan di Klungkung 100% Desa menerapkan TOSS. Paling tidak tahun ke 3 semua desa sudah menerapkan TOSS," ujarnya

Dirinya mengakui saat ini program TOSS membutuhkan alat yang mampu memproduksi pelet dalam jumlah yang banyak dan lebih cepat untuk mensuplai kebutuhan Indonesia Power. Untuk itu pihaknya berharap akan mendapat bantuan pengadaan alat alat produksi itu. Saat ini, Klungkung baru mampu memproduksi 1 ton pelet per hari, sedangkan kebutuhan PLN sebanyak 3,5 ton per hari.

"Sekarang ini selain mesin masih terbatas, produksi juga tidak dilakukan belum optimal 8 jam. Saya lihat budaya malu-malu jadi tukang sampah tapi maunya jadi duit besar," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini