Investasi Bodong, Skema Ponzi Bukan Untung Malah Buntung

Bisnis.com,13 Des 2018, 19:45 WIB
Penulis: Surya Rianto
Waspada dengan investasi yang menawarkan imbal hasil besar. Pasalnya, tawaran imbal hasil tinggi berarti ada risiko yang besar juga. Belum lagi, kalau imbal hasil tinggi itu diberikan dari skema ponzi./ Ilham Mogu

Bisnis.com, JAKARTA -- Investasi yang menawarkan imbal hasil tinggi memang sangat menggiurkan, tetapi tetap harus waspada. Pasalnya, imbal hasil tinggi, berarti tingkat risiko tinggi, bahkan bisa jadi itu investasi skema ponzi.

Skema ponzi adalah tawaran investasi yang keuntungannya didapatkan dari perekrutan anggota baru. Jadi, skema ini tidak memiliki lini bisnis untuk bisa mendapatkan pendapatan.

Ponzi hanya mengandalkan uang masuk dari anggota baru. Nantinya, uang itu terus diputar untuk keuntungan anggota-anggota lama.

Bisa dibilang, skema ponzi ini bakal menguntungan para perintis dan anggota-anggota lama, tetapi menjadi buntung bagi anggota baru.

Nama Ponzi berasal dari pria berkebangsaan Italia yang dengan nama lengkap Carlo Pietro GIovanni Guglielmo Tebaldo Ponzi.

Dia disebut ahli perniagaan Italia yang aktif sebagai penipu di Amerika Serikat dan Kanada.

Sebagai penipu, dia memiliki beberapa nama samaran seperti, Charles Ponci, Carlo, dan Charles P. Bianchi.

Ponzi menawarkan keuntungan sebesar 50% dalam 45 hari sampai 100% dalam 90 hari kepada korbannya. Modusnya, dia menjual kupon jawaban pos dengan harga diskon.

Nantinya, kupon itu bisa dijual dengan harga normal di AS.Banyak orang yang tergiur dengan tawaran investasi dari Ponzi tersebut.

Selain Ponzi, Sergei Mavrodi, pria asal Rusia juga membuat skema investasi seperti ponzi bernama Mavrodi Mondial Moneybox (MMM).

Bahkan, skema MMM ini menjamur hingga ke Indonesia. Nama MMM kian menanjak pada 2014 - 2015.

Kehadiran MMM pun membuat banyak investasi skema serupa lahir seperti, SSS, SMS Nusa, sampai Locwis.

Di luar itu, modus koperasi juga kerap digunakan sebagai investasi bodong. Salah satu yang cukup tenar adalah Koperasi Pandawa.

Untuk itu, sebagai konsumen, masyarakat perlu skeptis terhadap tawaran investasi dengan keuntungan yang terlalu besar.

Indikator keuntungan di luar kewajaran adalah investasi itu tidak memiliki bisnis, tetapi memberikan keuntungan melebihi deposito bank atau rata-rata reksa dana.

Jangan sampai ingin untung malah jadi buntung ya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Surya Rianto
Terkini