Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah berencana akan meningkatkan penerbitan surat berharga negara ritel sebagai salah satu strategi pembiayaan utang pemerintah pada tahun depan. Hal tersebut diproyeksi akan berdampak pada likuiditas industri perbankan khsusnya pada bank kecil, namun secara keseluruhan dampaknya tidak teralalu signifikan.
Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Destry Damayanti mengatakan naiknya penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel secara jumlah maupun nilai akan berdampak pada likuiditas perbankan. Hal tersebut, lanjutnya, membuat industri perbankan harus lebih kreatif dalam mencari pendanaan.
"Sekarang untuk mengukur [mengukur likuiditas selain] loan to deposit ratio, ada loan to funding ratio. Jadi, dia harus diversifikasi pendanaan," ujarnya, Rabu (12/12/2018).
Destry menambahkan untuk bank yang memiliki modal inti di bawah Rp5 triliun dan Rp1 triliun harus lebih mengontrol penyaluran kreditnya pada tahun depan untuk menjaga loan to deposti ratio (LDR) atau rasio pembiayaan terhadap dana. Pasalnya, lanjutnya, bank-bank kecil akan sulit mencari dana karena bersaing dengan bank besar dan SBN ritel pemerintah.
Selain itu, lanjutnya, bank-bank keciljuga selayaknya fokus untuk memperbaiki kualitas kreditnya agar tidak mengikis modal. Di sisi lain, Destry mengusulkan agar bank-bank kecil untuk melakukan merger.
Hal tersebut, ujar Destry, sesuai dengan arahan regulator untuk mengurangi jumlah bank yang sudah mencapai 115 buah pada tahun ini. Selain itu, menurut Destry, selain akan memperkuat permodalan, merger juga akan mempersempit kesenjangan dan segmentasi di industri perbankan.
Pada akhir kuartal III/2018, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan penghimpunan dana bank dalam kelompok bank umum kelompok usaha (BUKU) I sebesar 1,32%. Sementara itu, realisasi penyaluran dana melesat 14,46%.
Di sisi lain, bank BUKU II mengalami penyusutan bisnis. Hal ini ditunjukkan dengan penyusutan dana bank BUKUII yang susut sebsar 8,32% dan penyaluran kredit yang turun tipis 0,49%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel