Pertumbuhan Kredit 14% Tak Tercapai karena melambat di November

Bisnis.com,20 Des 2018, 02:08 WIB
Penulis: Muhammad Khadafi
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso bersama komisioner lain menyampaikan laporan akhir tahun 2018 di Menara Radius Prawiro Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (12/18/2018) - Muhammad Khadafi

Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan kredit tahun ini hingga 14% secara tahunan (year-on-year/yoy) tidak akan tercapai. Pasalnya per November pertumbuhan kredit justru melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan kredit naik 12,05% pada bulan kesebelas tahun ini. Angka terakhir pada Oktober 13,35% yoy. 

Dia menjelaskan pelemahan mata uang rupiah terhadap membuat kredit valas naik tinggi saat dikonversi. “Sekarang November nilai tukar sudah melandai lagi, ini menjadi lebih rendah dalam ekuivalen rupiah,” katanya di Menara Radius Prawiro, gedung  Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (19/12/2018).

Kendati melambat, Wimboh masih optimistis pertumbuhan kredit setidaknya akan sesuai ekspektasi otoritas pada awal tahun. “Desember pasti lebih tinggi dari 12%, bisa 13%,” tambahnya.

Adapun berdasarkan hasil Survei Perbankan Bank Indonesia pada triwulan ketiga 2018, hampir seluruh responden yakin permintaan kredit akan lebih baik pada tiga bulan terakhir dibandingkan dengan periode Juni—September. Menurut Kepala Departemen Statistik BI Yati Kurniati, bank yang menjadi responden menyimpan harapan di tengah kondisi yang masih menantang. Selain itu perusahaan-perusahaan yang memiliki fungsi intermediasi ini juga akan berlomba untuk mengejar target pertumbuhan pada sisa waktu terkahir tahun ini.

Mengutip Survei Perbankan Bank Indonesia, pertumbuhan triwulanan kredit baru cenderung melambat pada kuartal III/2018. Hal ini tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru periode tersebut yang turun menjadi 21,2%, dibandingkan dengan kuartal II/2018 yang mencapai 90,3%. Perlambatan bersumber dari semua jenis penggunaan kredit, baik modal kerja, investasi, maupun konsumsi.

Namun hasil survei mengindikasikan kuartal IV/2018 akan jauh lebih baik. SBT kredit baru meningkat menjadi 94,8% didorong oleh optimisme responden seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, risiko penyaluran pendanaan rendah, dan naiknya rasio kecukupan modal (car adequacy ratio/CAR).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini