Berikut Tantangan Pekerja Tatkala Masuki Era Industri 4.0

Bisnis.com,27 Des 2018, 18:05 WIB
Penulis: Asteria Desi Kartika Sari
Presiden Joko Widodo menyalami tenaga kerja konstruksi di sela-sela pembukaan Indonesia Infrastructure Week 2018 dan Pameran Konstruksi Indonesia, di Jakarta, Rabu (31/10/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Pengembangan Standarisasi dan Pelatihan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia Sukiyo mengatakan banyak indikator yang harus dikerjakan, termasuk dalam komunikasi atau bahasa untuk menghadapi globalisasi industri 4.0.

Dia menjelaskan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia masih memiliki kualitas yang rendah. Bagaimana tidak, sebanyak 58,78% hanya mengenyam pendidikan hingga Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

"Jadi tantangannya tenaga kerja belum siap berdaya saing, termasuk juga bahasa asing [belum siap]. Apalagi untuk menghadapi industri 4.0 yang dibutuhkan tidak hanya otot tapi juga otak," kata Sukiyo dikutip, Kamis (27/12/2018).

Dia mengatakan kondisi tersebut tentunya menjadi pekerjaan rumah bersama. Kendati begitu, Sukiyo menilai untuk menangani hal tersebut industri harus lebih berperan aktif untuk meningkatkan kualitas sumber dayanya.

"Karena industri satu langkah lebih maju mengetahui kebutuhannya, pemerintah hanya berkapasitas untuk mendukung dan mencetak dalam hal regulasi," katanya.

Atau paling tidak, lanjutnya, pemerintah dan industri dalam hal ini swasta dapat berkolaborasi untuk membangun paket pelatihan pada beberapa sektor profesi tertentu. Pasalnya, dibutuhkan link and match antara pendidikan dan pelatihan, karena pendidikan saja tidak akan cukup.

Jay Aryaputih Singgih, Bendahara Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI Jaya) menambahkan meningkatkan kecakapan berbahasa Inggris untuk membangun jembatan demi dunia kerja yang lebih baik memang perlu. Namun lebih dari itu, lanjutnya, dibutuhkan juga untuk lebih membangun mindset dari sumber daya itu sendiri.

"Jadi sebaiknya perusahaan bukan hanya terampil dalam bahasa saja, namun juga dalam berpikir," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini