Kebijakan Investasi Minerba harus Fleksibel Sesuai Karakteristik Komoditas

Bisnis.com,03 Jan 2019, 19:58 WIB
Penulis: Lucky Leonard
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah perlu melakukan terobosan untuk meningkatkan investasi di subsektor pertambangan mineral dan batu bara secara signifikan.

Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arief mengatakan kunci utama untuk meningkatkan investasi adalah di kebijakan. Menurutnya, kebijakan untuk subsektor minerba tidak boleh terlalu kaku karena karakteristik setiap komoditas yang berbeda.

"Misalnya emas yang relatif stabil tidak bisa disamakan kebijakannya dengan nikel yang sangat fluktuatif," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (3/1/2019).

Dia mengatakan investasi memang meningkat, namun tidak naik secara signifikan. Beberapa kegiatan di subsektor minerba pun relatif stagnan.

"Investasi untuk tambang baru yang besar hampir gak ada. Smelter juga masih tersendat-sendat," tuturnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menilai investasi sangat dipengaruhi oleh harga komoditas yang fluktuatif. Dia pun menilai beberapa kebijakan masih menghambat investasi di subsektor minerba.

"Contohnya izin kehutanan yang masih sulit. Izin produksi juga harus hati-hati karena kalau terlalu digenjot nanti harga komoditas bisa turun," ujarnya.

Menurutnya, pemerintah harus fokus mendorong investasi di bidang eksplorasi untuk menemukan cadangan baru. Pasalnya, investasi minerba masih didominasi oleh smelter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini