Angkutan Udara & Cabai Rawit Picu Inflasi Baubau

Bisnis.com,04 Jan 2019, 21:22 WIB
Penulis: Newswire
Cabai rawit menjadi penyumbang inflasi kedua terbesar untuk Kota Baubau, Sulawesi Tenggara./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, KENDARI – Badan Pusat Statistik (BPS) Baubau, Sulawesi Tenggara, merilis terjadi inflasi yang cukup tinggi di kota itu, mencapai 1,61%, yang disumbang dari tingginya angkutan udara selama Desember 2018 dengan indeks harga konsumen (IHK) 136,61.

Kepala BPS Baubau, Sudirman, menjelaskan berdasarkan data 10 komoditas penyebab penyumbang inflasi, angkutan udara menempati urutan tertinggi dengan perubahan harga 68,66% dan disusul dengan cabai rawit dengan perubahan harga 54,98%.

"Inflasi yang terjadi disebabkan adanya peningkatan nilai IHK enam kelompok pengeluaran di antaranya bahan makanan. Inflasi 0,61% kelompok pengeluaran makanan jadi inflasi 0,04%, pegneluaran perumahan inflasi 0,07%, pengeluaran sandang 0,14%, pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olahraga inflasi 0,06% serta tertinggi adalah inflasi pada kelompok pengeluaran transportasi, Komunikasi dan jasa keuangan sebesar 9,73%," ujarnya pada Jumat (4/1/2019).

Sementara untuk tahun kalender 2018, inflasi kota Baubau sebesar 2,92% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2018 terhadap Desemeber 2017) sebesar 2,92%.

Sudirman menjelaskan Kota Baubau merupakan daerah dengan inflasi tertinggi di Sulawesi, dan dari 11 kota yang menghitung IHK, hanya Kendari yang mengalami deflasi yakni 0,09%.

"Jadi, untuk bula desember 2018, inflasi tertinggi ada di Kota Baubau dan inflasi terendah Kota Watampone," jelasnya.

Selain angkutan udara dan cabai rawit, penyebab tingginya inflasi adalah ikan kembung, cumi cumi, bawang merah, tomat sayur, telur ayam ras, serta celana panjang.

Sedangkan 10 komoditas penyumbang terbesar terjadinya deflasi yakni ikan cakalang sisik, kacang panjang, bayam, terong panjang, baju muslim, sawi hijau, ayam hidup, serta produk bahan bangunan khususnya semen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini