Bursa Asia Terkerek Optimisme Kesepakatan Dagang AS-China

Bisnis.com,09 Jan 2019, 09:19 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia beringsut naik pada perdagangan pagi ini, Rabu (9/1/2019), didukung optimisme bahwa Amerika Serikat (AS) dan China dapat mencapai kesepakatan perdagangan guna menghindari konfrontasi yang akan sangat mengganggu ekonomi global.

Berdasarkan data Reuters, indeks Nikkei Jepang menguat 0,9%, sedangkan indeks saham MSCI Asia Pacific selain Jepang naik 0,3%.

Penguatan bursa saham Asia pagi ini juga mendapat dorongan lebih lanjut dari rally bursa Wall Street Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Selasa (8/1), indeks S&P 500 menguat 0,97%, sekaligus memperpanjang penguatannya dari level terendah dalam 20 bulan yang disentuh sekitar Natal 2018 menjadi lebih dari 9%.

Penguatan dalam aset berisiko telah berakselerasi sejak Jumat pekan lalu (4/1), ketika Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan menyadari risiko yang dihadapi ekonomi serta akan bersabar dan fleksibel dalam mengambil keputusan kebijakan tahun ini.

“Pasar mengurangi sebagian keresahan ekstrem mereka setelah Powell secara efektif melakukan pelonggaran, dengan kata-katanya,” kata Norihiro Fujito, kepala strategi investasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

“Harapan mengenai pembicaraan perdagangan AS-China membantu. Beberapa jenis kesepakatan kemungkinan akan meningkatkan impor gas alam, kedelai, dan sebagainya dari China. Namun, akan sulit untuk menyelesaikan lebih banyak masalah struktural seperti hak kekayaan intelektual,” tambahnya.

Progres perundingan perdagangan AS-China juga mendorong harga minyak mentah memperpanjang penguatannya. Minyak West Texas Intermediate (WTI) naik menembus level US$50 per barel pagi ini, pertama kalinya pada 2019.

Para pedagang selanjutnya menantikan pernyataan Presiden AS Donald pada hari ini waktu setempat, dimana ia diperkirakan akan menyampaikan maksudnya bahwa tembok perbatasan sangat dibutuhkan terlepas dari tentangan dari kubu Demokrat.

Kondisi ini menunjukkan perselisihan tentang isu tersebut, yang telah memicu penutupan layanan pemerintahan (government shutdown) sejak akhir Desember, belum menemukan resolusi.

Trump telah mempertimbangkan menyatakan situasi perbatasan sebagai keadaan darurat nasional, yang dapat memungkinkannya memotong jalur mandat Kongres untuk menyetujui pengeluaran federal dan membangun tembok tanpa persetujuan Kongres.

Namun, langkah semacam itu kemungkinan akan menghadapi tantangan hukum langsung dan dapat menyebabkan polarisasi lebih lanjut di lingkungan politik AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini