Apindo Jateng Berharap Kelonggaran Perizinan di Sistem OSS

Bisnis.com,20 Jan 2019, 17:41 WIB
Penulis: Yudi Supriyanto
Presiden Joko Widodo (kanan) meninjau layanan konsultasi Online Single Submission (OSS) BKPM di PTSP BKPM Jakarta, Senin (14/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro

Bisnis.com, SEMARANG — Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Tengah berharap pemerintah bisa membuat kelengkapan persyaratan yang harus diajukan dalam sistem online single submission bisa lebih longgar agar tidak menjadi penghalang bagi investor untuk menanamkan modalnya di dalam negeri.

Ketua Apindo Jawa Tengah Frans Kongi mengungkapkan, kelonggaran persyaratan perizinan yang harus dipenuhi oleh investor agar para pemilik modal tidak mengalami kesulitan.

Menurutnya, persyaratan kelengkapan yang bisa dilonggarkan pemerintah adalah persyaratan-persyaratan yang tidak berhubungan dengan penanaman modal yang akan dilakukan perusahaan.

“Persyaratan 50% tidak dipenuhi, enggak mungkin [bisa masuk sistem]. Tapi, kalau [kelengkapan persyaratan] 90% mestinya bisa dibantu dulu,” kata Frans kepada Bisnis, Minggu (20/1/2019).

Dia menambahkan, kelengkapan persyaratan tertentu bahkan bisa ditiadakan untuk investor – investor baru yang mau menanamkan modalnya di dalam negeri.

Asosiasi, ujarnya berharap sistem perizinan yang menggunakan online single submission bisa lebih lancar sepanjang tahun ini. Tidak hanya itu, pihaknya juga berharap pelayanan yang ada dapat terus lebih baik.

Menurutnya, sistem OSS yang diterapkan jangan sampai menjadi penghalang bagi investor ketika ingin menanamkan modalnya. “[Harapan bisa lebih lancar] Betul sekali, dan makin mudah. Jangan sampai ini menjadi penghalang,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) REI Jawa Tengah MR Prijanto mengungkapkan, pihaknya berharap permasalahan perizinan dengan menggunakan sistem OSS dapat teratasi sepanjang tahun ini agar investasi baru di bidang properti mengalami pertumbuhan.

Menurutnya, penggunaan sistem online single submission untuk pendirian properti belum bisa berjalan dengan sempurna di daerah karena beberapa faktor seperti sumber daya manusia, dan membuatnya menjadi hambatan.

Sepanjang tahun ini, pihaknya menargetkan dapat melakukan pembangunan 10.000 unit hunian di seluruh Jawa Tengah. Dari total tersebut, rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang akan dibangun mencapai 60%.

Sementara sisanya, lanjutnya adalah pembangunan apartemen dan komersial. Pembangunan properti terbanyak di Jawa tengah berada di wilayah-wilayah Semarang, Banyumas, dan Soloraya.

“Saya mentargetkan 10.000 unit rumah pada 2019. Semoga bisa dipenuhi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini