Perang Dagang Berpotensi Kerek Utilitas Manufaktur Nasional

Bisnis.com,24 Jan 2019, 21:25 WIB
Penulis: Annisa Sulistyo Rini
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA—Tidak hanya berdampak pada penambahan investasi baru, perang dagang antara Amerika Serikat dan China juga bisa memacu utilitas industri dalam negeri.

Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian, mengatakan kenaikan kapasitas produksi dalam negeri bisa terdongkrak dalam upaya mengisi potensi pasar yang tercipta dari kondisi tersebut.

“Misalnya, Indonesia telah ekspor baja ke Amerika Serikat, sehingga harapannya bisa memasukkan lebih banyak lagi produk itu,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (24/1/2019).

Sepanjang Januari—November 2018, ekspor besi dan baja nasional ke Negeri Paman Sam melonjak hingga 87,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat tercatat tumbuh 3% y-o-y sepanjang Januari—November 2018.

Airlangga menyatakan kerja sama ekonomi Indonesia—AS selama ini bersifat komplementer untuk saling memenuhi kebutuhan pasar dan sektor manufaktur masing-masing negara. Bahkan, dengan adanya era ekonomi digital baru dari AS, juga ikut membuka peluang pengembangan di Indonesia.

“Misalnya, kami sudah mendapat investasi berupa Apple Developer Academy. Pemerintah juga menjajaki peluang pembangunan data center di Indonesia,” ungkapnya.

Dari sisi investasi, beberapa perusahaan manufaktur Negeri Tirai Bambu ingin memindahkan basis produksinya ke Indonesia demi menghindari tarif tinggi yang dikenakan Amerika Serikat, terutama yang bergerak di industri tekstil dan alas kaki. Rencananya, pada 2019, terdapat investor China yang bakal menanamkan modalnya senilai Rp10 triliun di sektor industri tekstil.

Investasi ini mengarah kepada pengembangan sektor menengah atau midstream, seperti bidang pemintalan, penenunan, pencelupan, dan pencetakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia dinilai menjadi salah satu negara tujuan utama bagi investor China.

Hal ini seiring dengan komitmen pemerintah yang terus menciptakan iklim investasi kondusif dan memberikan kemudahan dalam proses perizinan usaha.

“Salah satu contohnya, para investor dari China membangun kawasan industri baru di Sulawesi Tengah, yang selama lima tahun ini telah berinvestasi sebanyak US$5 miliar dan ekspor dari lokasi tersebut sudah mencapai US$4 miliar,” kata Airlangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Maftuh Ihsan
Terkini