IMF: Jangan Mengandalkan Kebijakan Moneter dalam Menghadapi Perlambatan Ekonomi

Bisnis.com,25 Jan 2019, 14:59 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde./REUTERS-Arnd Wiegmann

Bisnis.com, JAKARTA -- IMF memperingatkan pemerintah masing-masing negara untuk tidak terlalu mengandalkan kebijakan moneter dalam menghadapi perlambatan ekonomi.

Managing Director IMF Christine Lagarde mendesak pemerintah untuk melakukan reformasi fiskal dan struktural demi meningkatkan daya tahan ekonomi terhadap guncangan.

Dia juga menyambut baik pendekatan yang dilakukan bank sentral AS untuk bergantung pada data ekonomi dalam menetapkan langkah terkait rencana kenaikan suku bunga, di tengah sengketa dagang yang terjadi. The Fed disebut sebagai satu dari beberapa bank sentral yang masih memiliki sedikit ruang untuk memperluas stimulus ke pasar. 

"Akan sangat baik jika negara-negara pada umumnya tidak harus terus menerus bergantung ke bank sentral untuk menahan guncangan berikutnya," papar Lagarde dalam salah satu sesi di World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (25/1/2019).
 
Menurut Lagarde, para pembuat kebijakan harus mempertimbangkan setiap kebijakan fiskal ketika melakukan reformasi ekonomi.
 
Belum lama ini, Gubernur The Fed Jerome Powell memberikan sinyal bahwa pihaknya akan menahan kenaikan suku bunga acuan berikutnya dan kebijakan bank sentral AS akan sangat mempertimbangkan  data ekonomi. Menghitung data ekonomi seperti data inflasi dan ketenagakerjaan, dalam menyusun kebijakan ekonomi, merupakan salah satu metode yang selalu digunakan oleh Powell.
 
IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjelang WEF 2019, pertemuan ekonomi internasional tahunan terbesar yang menyoroti tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan dalam menjaga ekonomi mereka tetap berjalan.

IMF menurunkan proyeksi ekonomi 2019 menjadi 3,5% dari sebelumnya 3,7% dalam perkiraan yang disampaikan pada Oktober 2018. Adapun pertumbuhan ekonomi 2020 diperkirakan hanya 3,6% dari sebelumnya 3,7%,  

Lagarde menegaskan risiko utama yang dihadapi ekonomi global adalah perang dagang antara China dan Amerika Serikat yang dapat memicu perlambatan ekonomi Negeri Panda.
 
“Perlambatan China baik-baik saja. Itu fakta. Tapi jika perlambatannya berjalan dengan cepat, itu akan menjadi masalah yang besar," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini