Cuaca Dingin Hantam Midwest AS, Hipotermia Ancam Chicago

Bisnis.com,28 Jan 2019, 07:26 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Musim dingin di AS./Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Cuaca dingin menghantam wilayah negara bagian utara Amerika Serikat (Midwest) yang diperkirakan akan berlangsung hingga akhir pekan ini.

Suhu di Chicago berpotensi turun menjadi minus 20 derajat Fahrenheit (minus 29 Celcius) untuk pertama kalinya sejak pertengahan tahun 1990-an.

“Saya tidak bisa menekankan betapa dinginnya cuaca nanti. Seluruh generasi belum mengalami kedinginan seperti ini di daerah Chicago,” kata Mike Doll, pakar meteorologi senior untuk AccuWeather, seperti dilansir Bloomberg.

Suhu seperti ini diketahui dapat menyebabkan radang dingin, hipotermia, pipa-pipa membeku, kondisi mengemudi yang berbahaya, dan kendaraan mogok.

Penggunaan energi juga cenderung meningkat di saat warga mencoba menghangatkan diri. Sebagai gambaran, pada 2014, gelombang dingin yang berkepanjangan merugikan banyak industri serta berkontribusi terhadap perlambatan pertumbuhan pendapatan perusahaan.

Badan cuaca AS National Weather Service mengatakan dorongan dari udara Arktik (wilayah di sekitar Kutub Utara Bumi) yang berpotensi menyentuh rekornya akan membawa angin dingin bersuhu minus 40 derajat ke wilayah Northern Plains dan Great Lakes pada Rabu (30/1).

Pada hari itu pula Chicago diperkirakan akan mengalami suhu harian terendahnya yakni minus 12 derajat, melampaui rekor minus 11 derajat pada tahun 1994.

Chicago National Weather Service pada Minggu (27/1) telah mengungkapkan tentang cuaca terdingin yang pernah dialami.

Maskapai penerbangan AS Delta merilis pernyataan cuaca (weather waiver) untuk 18 bandara di Midwest, termasuk O'Hare dan Midway International Airport di Chicago, untuk penumpang yang bepergian ke, dari atau melalui bandara-bandara tersebut pada hari Senin (28/1) menjelang prakiraan cuaca musim dingin untuk wilayah itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini