OJK Catat Potensi Sektor Keuangan Jateng Masih Potensial

Bisnis.com,29 Jan 2019, 17:24 WIB
Penulis: Yudi Supriyanto
Simpang Lima Semarang, Jawa Tengah/Bisnis.com

Bisnis.com, SEMARANG—Otoritas Jasa Keuangan Regional 3 Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengungkapkan masih terdapat sektor-sektor prioritas yang belum digarap secara optimal oleh industri jasa keuangan sepanjang 2018.

Industri Jasa Keuangan juga dinilai masih memiliki ruang cukup besar untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Jateng. 

Aman Santosa, Kepala OJK Regional 3 Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengungkapkan sektor prioritas yang belum digarap secara optimal seperti sektor pertanian.

“Terdapat sektor prioritas yang belum secara optimal digarap oleh industri jasa keuangan,” kata Aman di Semarang, Senin (28/1/2019) malam.

Dia menjelaskan, sektor pertanian yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sebesar 10,67% belum mendapatkan penyaluran kredit yang memadai.

Kondisi tersebut, lanjutnya terlihat dari pangsa pasar kredit sektor pertanian yang hanya sebesar 3,39% dari total kredit perbankan di Jawa Tengah.

Tidak hanya sektor pertanian, kredit di sektor pariwisata juga belum digarap oleh industri jasa keuangan mengingat persentase kreditnya baru mencapai 2,10% dari total kredit.

“Dukungan industri jasa keuangan di sektor ini sangat diharapkan, khususnya untuk mendukung pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) 2019, yaitu Borobudur, Sangiran, Karimunjawa, dan Dieng,” katanya.

Selain sektor prioritas yang belum tergarap secara optimal, lanjutnya terdapat beberapa daerah dengan potensi UMKM yang besar juga belum digarap secara optimal oleh industri jasa keuangan.

Berdasarkan riset OJK, Kabupaten Demak, Jepara, Pekalongan, dan Wonogiri adalah daerah yang memiliki banyak UMKM. Akan tetapi, penyaluran kredit di daerah tersebut masih di bawah rata-rata Jawa Tengah.  

Penyaluran kredit industri jasa keuangan di Jawa Tengah sepanjang tahun lalu mencapai Rp302,8 triliun atau lebih tinggi 8,56% dibandingkan dengan kredit sepanjang 2017. Meskipun begitu, pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit nasional.

Masih terdapat sektor prioritas dan daerah yang belum tergarap secara optimal, pertumbuhan kredit yang lebih rendah dari pertumbuhan nasional merupakan indikator bahwa industri jasa keuangan masih memiliki ruang cukup besar untuk meningkatkan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Jateng.

Indikator lainnya yang menunjukkan industri jasa keuangan masih memiliki ruang cukup besar untuk meningkatkan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Jateng adalah pertumbuhan total aset perbankan nasional yang juga masih di bawah pertumbuhan nasional.

Sepanjang 2018, pertumbuhan total aset perbankan sebesar 8,47%. Akan tetapi, pertumbuhan tersebut masih berada di bawah pertumbuhan aset perbankan nasional sebesar 9,20%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini