Incar Dana hingga Rp50 Triliun, Ini yang Dilakukan Bahana TCW

Bisnis.com,29 Jan 2019, 20:05 WIB
Penulis: Muhammad Ridwan
Direktur Utama PT Bahana TCW Invesment Management Edward Lubis (tengah) saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Rabu (30/8)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- Bahana TCW Investment Management menargetkan pertumbuhan dana kelolaan atau asset under management sebesar Rp50 triliun pada 2019.

Target tersebut meningkat jika dibandingkan dengan dana kelolaan pada 2018 sebesar 4%--5%. Bahana TCW Investment Management akan bersikap konservatif dalam menargetkan pertumbuhan dana kelolaan pada 2019, di tengah meredanya fluktuasi pasar finansial negara berkembang sejak awal tahun.

Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management Edward Lubis mengatakan bahwa kondisi pasar finansial Indonesia pada 2019 masih harus menghadapi tantangan sepanjang triwulan I/2019 dan triwulan II/2019.

Dia menambahkan bahwa sentimen global yang telah mereda membuat arus modal asing mulai kembali masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

“Pasar finansial Indonesia memang jauh lebih baik dibandingkan 2018 lalu. Namun, ada persepsi investor yang masih enggan untuk menempatkan investasi di pasar saham dan obligasi karena menunggu perkembangan pasar. Perlu waktu untuk membangun optimisme investor kembali. Sehingga Bahana memproyeksikan pertumbuhan yang konservatif pada tahun ini,” ujarnya di Jakarta, Selasa (29/1/2019).

Di tempat yang sama, Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonom Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menyatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih belum sepenuhnya aman dari sentimen global.

Penguatan pasar finansial saat ini masih ditopang dari modal asing yang masuk dan juga penurunan harga minyak.

Di sisi lain, indikator penguatan daya beli belum meyakinkan. Neraca dagang yang anjlok pada tahun lalu cenderung menekan pertumbuhan daya beli yang terkonfirmasi melalui perlambatan pertumbuhan uang M1.

“Dengan penurunan harga minyak bumi yang lebih dalam ketimbang harga CPO, batu-bara dan karet, membuat perbaikan sejauh ini ibarat tidak perlu merogoh kocek lebih dalam. Namun isi dompet belum bertambah. Itu sebabnya pemerintah harus memacu perbaikar struktur perdagangan internasional untuk memacu ekspor produk manufaktur dan barang jadi bukan komoditas primer yang booming cycle sudah usai,” papar Budi.

Sekadar informasi, sepanjang 2018 lalu, Bahana telah meluncurkan 28 produk reksa dana baru, meliputi 26 produk reksa dana terproteksi, l reksa dana pendapatan tetap, dan 1 reksa dana pasar uang.

Pada akhir 2018, total dana kelolaan asset under management (AUM) cenderung stagnan sejak awal tahun.

“Kondisi pasar yang fluktuasi menyebabkan banyak investor yang mengalihkan asetnya dari reksa dana pendapatan tetap dan saham ke reksa dana Terproteksi dan pasar uang. Oleh karena itu, kami terns menghadirkan produk-produk baru pada kelas aset tersebut untuk memenuhi kebutuhan para investor,” jelasnya.

Sementara itu, pertumbuhan investor retail selama tahun lalu naik tajam sebesar 76%, dari Rp5,2 triliun pada 2017 menjadi Rp9,15 triliun pada 2018.

“Kami terus berusaha menumbuhkan jumlah investor retail kami, dengan bekerja sama dengan para agen penjual reksa dana seperti perbankan dan digital market place,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fahmi Achmad
Terkini