LRT Bandung Trase I Tegalluar-Terminal Leuwipanjang akan Sepi Penumpang

Bisnis.com,30 Jan 2019, 17:15 WIB
Penulis: Wisnu Wage Pamungkas
LRT City Gateway. /LRT City Gateway

Bisnis.com, BANDUNG –  Trayek Light Rail Transit (LRT) Bandung Raya Trase I Tegalluar-Terminal Leuwipanjang diperkirakan sepi penumpang.

Kepala Dinas Perhubungan Dedi Taufik menegaskan proyek LRT Bandung Raya harus segera dieksekusi cepat mengingat KCIC  (Kereta Cepat Jakarta-Bandung) sudah menargetkan moda transportasi ini tuntas pada 2021. Hitungan pihaknya, perkembangan proyek ini sudah menunjukan kemajuan dalam hitungan dua tahun ke depan.

“LRTBandung Raya harus simultan. Progres baik perencanaan maupun penugasannya,” tuturnya Rabu (30/1/2019.

Namun pihaknya menilai jika LRT dibangun dari Tegalluar ke Leuwipanjang, Kota Bandung tidak akan begitu banyak penumpang yang memakai jasa tersebut.

“Tapi tetap, dalam trase LRT Bandung Raya rute Tegalluar-Leuwipanjang juga harus dibangun,” katanya.

Profil Proyek LRT Bandung Raya

Indikator

Keterangan

Panjang

100 Kilometer (8 trase)

Rute

Tegalluar-Terminal Leuwipanjang-Soreang-Majalaya-Jatinangor-Cimahi- Martadinata-Banjaran

Konstruksi

2019

Operasional

2021 (trase 1 Tegalluar-Leuwipanjang 16 Kilometer)

Investasi

Rp4 Triliun-5 triliun (trase 1)

Sumber: Dishub Jabar

Sebelumnya, Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat Iwa Karniwa  mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tengah mengkaji skema pembangunan proyek Lintas Rel Terpadu (LRT) Bandung Raya tidak lagi murni dibiayai oleh swasta.

Iwa memastikan pihaknya pekan ini tengah merumuskan kelanjutan proyek LRT Bandung Raya yang akan terkoneksi dengan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sesuai arahan baru dari Gubernur Jabar Ridwan Kamil. “Kami melakukan sejumlah sinkronisasi sesuai arahan gubernur,” katanya.

Menurutnya proses pembangunan LRT Bandung Raya yang sudah diinisiasi pihaknya sejak 2014, dalam rapat terpadu yang melibatkan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) juga PT Jabar Moda Transportasi (JMT) dan dinas terkait melahirkan kajian baru.

“Ternyata konsep bisnis  ke bisnis itu nggak masuk dari sisi investasinya. Ada saran dari peserta rapat, diusulkan polanya KPBU jadi kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha,” tuturnya.

Iwa menuturkan untuk menggunakan skema ini, pihaknya harus melakukan sinkronisasi dengan berbagai pihak terutama dengan Pemerintah Pusat. Ini merupakan tuntutan karena skema KPBU untuk proyek LRT merupakan hal baru di Indonesia.

“Ini menyangkut investasi besar dan juga pertama barang kali di Indonesia khusus kaitannya dengan kereta cepat yang nyambung dengan LRT,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini