Bisnis.com,JAKARTA -- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (Bank BJB) akan menurunkan porsi dana pemerintah pada tahun ini guna mengantisipasi pengetatan likuiditas akhir tahun yang selalu terjadi pada bank daerah tiap tahunnya.
Perseroan berencana untuk meningkatkan fungsi transactional banking guna meningkatkan porsi dana murah.
Head of Corporate Secretary Division Bank BJB Muhammad Asadi Budiman mengatakan perseroan akan menurunkan rentang komposisi dana pemerintah pada kuartal III/2019 menjadi 35%.
Adapun, imbuhnya, pada kuartal III/2018 dana pemerintah berkontribusi sebesar 40% dari total dana perseroan.
"Di bulan-bulan tertentu bisa di atas 40%. Biasanya [komposisi dana pemerintah pada total dana pada akhir tahun bergerak] dari 40% ke 25%. Sekarang, [tahun ini] dari 35% ke 25%. Kan tidak terlalu jauh kan," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (31/1/2019).
Asadi menambahkan perseroan akan memaksimlakan fungsi transactional banking untuk memitigasi pengetatan likuiditas pada akhir tahun ini. Dengan cara tersebut, ujarnya, perseroan dapat menghimpun dana-dana ritel dari masyarakat.
Di samping itu, perseroan juga berencana menerbitkan deposit (NCD) dan obligasi subordinasi pada 2019 untuk mengantisipasi eksodus dana pemerintah.
Sebelumnya, Asadi mengemukakan perseroan akan mengenakan tenor masing-masing selama 1 tahun--3 tahun dan 5 tahun--7 tahun untuk NCD dan obligasi subordinasi.
"Target dana yang kita dapatkan pada tahun depan melalui kedua skema ini sebesar Rp1,5 triliun. Hal ini sebagai antisipasi terjadinya fluktuasi tingkat suku bunga di market," ujarnya.
Asadi menambahkan perseroan berencana untuk menerbitkan NCD pada kuartal I/2019. Sementara itu, sambungnya, obligasi subordinasi akan diterbitkan perseroan antara kuartal II/2019 atau kuartal III/2019.
Namun demikian, menurut Asadi, perseroan tetap akan mempertimbangkan kondisi pasar saat penerbitan kedua surat berharga tersebut. Pasalnya, tahun depan akan ada ajang pemilihan presiden dan wakil presiden periode 2019--2024.
Asadi berujar perseroan juga akan membeli dana institusi jika likuiditas perseroan masih belum membaik pada akhir tahun setelah memaksimalkan fungsi transactional banking dan penerbitan surat berharga.
Asadi mengutarakan perseroan akan mempertimbangkan bunga dan persaingan di pasar dalam membeli dana institusi nantinya.
Asadi mengungkapkan realisasi penghimpunan dana pada akhir 2018 sekitar Rp81,6 triliun atau tumbuh tipis 0,78% dari posisi tahun sebelumnya senilai Rp80,9 triliun.
Sementara itu, Asadi menyampaikan pada akhir tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan penghimpuann dana sampai akhir tahun mencapai 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel