Imlek Disebut Galungan China oleh Masyarakat Bali

Bisnis.com,05 Feb 2019, 15:29 WIB
Penulis: Ni Putu Eka Wiratmini
Masyarkat Bali merayakan Imlek dengan melakukan persembahyangan dan menghaturkan sesajen di Kongco Dwipayana, Selasa (5/2/2/019). /Bisnis-Ni Putu Eka Wiratmini

Bisnis.com, DENPASAR – Masyarakat Bali menyebut Tahun Baru Imlek sebagai Galungan China lantaran mengidentikkannya dengan hari raya yang ada di Pulau Dewata.

Adapun masyarakat Bali setiap enam bulan sekali merayakan hari raya Galungan, sebagai perayaan atas kemenangan dharma atau kebaikan melawan adharma atau kejahatan. Setiap Hari Raya Galungan, masyarakat akan memuja leluhur dan dewa dewi.

Mangku IB Adnyana,  Pendeta Kongco Dwipayana, mengatakan Imlek yang disebut dengan Galungan China dirayakannya setiap satu tahun sekali. Kedekatan antara budaya Bali dengan China menjadikan keduanya berakulturasi dan saling merayakannya.

Saat perayaan Imlek, masyarakat Hindu juga ikut merayakan dengan melakukan persembahyangan. Di Kongco Dwipayana, Denpasar, misalnya, tidak hanya terdapat patung-patung dewa kepercayaan masyarakat China, tetapi juga pelinggih-pelinggih masyarakat Hindu.

Total ada empat bangunan utama di Kongco Dwipayana yakni bangunan khusus pemujaan dewa-dewa China, Gedong Sang Budha dan Dewi Kuan In, Pura untuk memuja Dewa-Dewa Hindu, dan Kolam 7 Dewi. Bahkan, juga ada stana Nyai Roro Kidul di bagian pelataran.

Umat yang datang, Hindu, Budha, maupun Konguchu, melakukan persembahyangan di setiap bangunan. Mereka tidak membatasi persembahyangan pada dewa-dewa yang mereka biasa puja sehari-hari saja.  

“Kita melaksanakannya secara Hindu dan juga secara Budha serta Konghuchu,” katanya, Selasa (5/1/2/2019). 

Persembahyangan juga dilakukan dengan menghantarkan sesajen. Umat Hindu yang datang bersembahyang bahkan membawa sarana persembahyangan khusus seperti pejati dan buah-buahan. Masyarakat keturunan China juga melakukan hal serupa dengan membawa buah-buahan untuk dipersembahkan. 

Setelah selesai melakukan persembahyangan, umat akan diberikan air suci seperti yang biasa dilakukan Umat Hindu. Mereka juga mendapatkan bija untuk ditaruh di kening.

Tidak hanya di Kongco Dwipayana, umat keturunan China yang bersembahyang ke Vihara Dharmayana di Kuta, Badung juga menghaturkan sesajen berupa canang. Pantuan Bisnis, umat bahkan menghanturkan canang pada setiap patung dewa dengan sesembahan berupa permen maupun teh di atas canang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini