Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. membidik sejumlah proyek pembiayaan dalam pipeline penyaluran kredit korporasi pada tahun ini terkait dengan proyek jalan tol.
SVP Corporate Banking Bank Mandiri Yusak Silalahi mengatakan, perseroan baru saja merealisasikan sindikasi untuk dana talangan pembebasan lahan tol Probolinggo—Banyuwangi (Probowangi) di Jawa Timur.
“Kami ambil porsi dana talangan Probowangi itu hampir seperempat, itu empat bank yang ikut jadi proporsional semua, sekitar Rp4 triliun ya. Kami ikut sekitar Rp1 triliun, tapi itu juga belum signing, baru kami sampaikan ke agen bahwa kami berminat ikut,” jelasnya di Jakarta, Kamis (7/2/2019).
Dalam waktu dekat perseroan juga akan ikut dalam pembiayaan jalan tol Cibitung—Tanjung Priok. Pembiayaan yang diberikan mencapai 20%—25% dari total pembiayaan sindikasi. Dia menargetkan perjanjian pembiayaan dapat teralisasikan pada kuartal I/2019.
“Kalau tidak salah itu Waskita bersama Pelindo II, karena itu akses tol Cilincing—Tanjung Priok. Kami tidak mayoritas, sekitar 20%—25%, karena kami tidak bisa masuk terlalu besar di satu proyek tol karena kapasitas kami juga terbatas,” ungkapnya.
Dia mengatakan bahwa dalam menyalurkan pinjaman kepada sektor infrastruktur perseroan memiliki pertimbangan khusus untuk menjaga kualitas aset. Hingga saat ini, lanjutnya, rasio kredit bermasalah kredit infrastruktur masih berada di kisaran 0%.
Yushak mengatakan, seberapa tuntas proses pembebasan lahan menjadi salah satu peertimbangan utama dalam memilih proyek yang akan dibiayai. Perseroan harus memaksimalkan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dengan selektif memilih proyek.
Perseroan juga mempertimbangkan volume lintas harian rata-rata (LHR) proyek jalan tol yang akan dibiayai. Selain itu, Bank Mandiri mempertimbangkan potensi dampak kehadiran proyek tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi daerahnya.
“Kami mau lihat lagi connecting ruas ini mau kemana, ke kota-kota yang pertumbuhan ekonominya sedang tumbuh atau tidak? Terus kami lihat juga dari sisi customer Bank Mandiri secara keseluruhan, customer kami basisnya di ruas ini bagaimana, kami akan lihat sinerginya sampai ke sana,” jelasnya.
Keterlibatan atau dukungan pemerintah terhadap sebuah proyek juga menjadi pertimbangan bagi Bank Mandiri. Menurutnya, apabila tidak ada garansi dari pemerintah, Bank Mandiri biasanya enggan menggelontorkan kredit dalam jumlah besar.
Bank Mandiri juga tidak selalu berfokus pada proyek pembangunan jalan tol. Perseroan dapat pula mempertimbangkan penyaluran kredit kepada perusahaan konstruksi melalui skema contractor pre financing (CPF).
“Payment-nya kan dari tol ini kan ini yang kami lihat kapasitas kontraktornya, kalau yang modalnya mepet, leverage-nya sudah tinggi, nah mungkin kami lihat-lihat dulu deh ini,” tuturnya.
Strategi penyaluran kredit juga melihat potensi adanya proyek yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu, beberapa aset kredit infrastruktur yang sudah disalurkan dijual kepada bank lain, khususnya Bank Pembangunan Daerah di daerah terkait.
“Beberapa kredit kami sudah sell down juga, ada beberapa ruas tol yang kita sell down juga ke Bank Sumsel. Seperti di Kuala Namu, jadi kami masuk dulu dan nanti share. Itu recycle yang kami lakukan supaya bsia masuk ke proyek-proyek yang lain,” katanya.
Terakhir, dia menjelaskan perseroan juga memprioritaskan kredit dengan tingkat disbursement atau penyerapan dana tinggi. Menurutnya, kredit dengan penyerapan yang rendah membuat dana yang diberikan tidak dapat dioptimalkan.
“Kami kan ingin masuk ke proyek yang langsung diutilisasi, itu yang kami prioritaskan untuk kami proses. Jangan sampai kami kasih Rp10 trilun kemudian disbursement-nya cuma Rp2 triliun, itu kan sayang, mending kami kasih Rp4 triliun disbursement-nya Rp3 triliun.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel