JV SMELTER: Vale Indonesia (INCO) Mulai Tahap Negosiasi

Bisnis.com,11 Feb 2019, 16:31 WIB
Penulis: Dara Aziliya
Aktifitas penambangan nikel milik PT Vale Indonesia, Tbk terlihat di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan logam PT Vale Indonesia Tbk. kian dekat dengan realisasi pembangunan smelter perseroan di Bahodopi, Sulawesi Tengah dan Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Keduanya diharapkan mulai konstruksi pada 2020.

Untuk membangun smelter di dua lokasi tersebut, perseroan menggandeng rekan kerja sama melalui skema pendirian perusahaan patungan (joint venture/JV). Saat ini, perseroan telah memasuki babak negosiasi bisnis dengan kedua partner kerja sama tersebut.

Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy menyampaikan untuk smelter di Bahodopi, perseroan telah mendapatkan laporan prastudi kelayakan dari pihak calon kerja sama tersebut. Perseroan akan menindaklanjuti laporan tersebut.

Potential partner [yang akan membentuk JV bersama] sudah menyerahkan laporan  pre-feasibility dan  kami sekarang memasuki tahap negosiasi komersial. Setelah negosiasi selesai, kami akan masuk pada tahap detail perjanjian,” ungkap Febriany pada Bisnis.com, Senin (11/2).

Febriany mengungkapkan, perseron harus merampungkan tahapan-tahapan tersebut terlebih dahulu sebelum meminta persetujuan dari pemegang saham guna memulai proyek baru tersebut. Selain itu, perseroan dapat memulai proses penghimpunan dana untuk pembiyaan proyek dan memulai pengerjaan tahap awal.

Menurutnya, pembangunan smelter tersebut akan memakan waktu selama 3 tahun. Jika pengerjaan dimulai sesuai target yaitu 2020, maka perseroan akan menyelesaikan proyek tersebut pada 2022. Hingga saat ini, perseroan belum mengumumkan partner kerja sama tersebut.

Adapun, emiten dengan sandi INCO tersebut akan membangun smelter feronikel di Bahodopi, dan smelter nikel di Pomalaa.

Sementara itu, untuk rencana pembangunan smelter nikel di Pomala, INCO juga tengah melaksanakan negosiasi komersial dengan pihak Sumitomo Metal Mining. Negosiasi ini pun diharapkan dapat segera selesai di tahun ini.

“Untuk konstruksi ini [smelter nikel Pomalaa] akan membutuhkan waktu lebih lama yaitu 5 tahun karena menggunakan teknologi HPAL yang berbeda dan lebih kompleks jika dibandingkan dengan pabrik FeNi,” ungkap Febriany.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Riendy Astria
Terkini