Tekan Nicolas Maduro, AS Kembali Jatuhkan Sanksi ke Pejabat Penting Venezuela

Bisnis.com,16 Feb 2019, 18:07 WIB
Penulis: Rinaldi Mohammad Azka
Garda Nasional Venezuela berjaga di pintu masuk Jembatan Tienditas yang menjadi perbatasan antara Kolombia dan Venezuela di Tienditas, Venezuela, Jumat (8/2/2019)./Reuters-Carlos Eduardo Ramirez

Bisnis.com, JAKARTA -- Amerika Serikat (AS) meningkatkan tekanan terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro dengan memberikan sanksi kepada beberapa pejabat keamanan utamanya dan kepala perusahaan minyak negara.

Seperti dilansir Reuters, Sabtu (16/2/2019), Washington juga mengungkapkan rencana untuk mengangkut lebih dari 200 ton bantuan ke perbatasan Venezuela dengan Kolombia.
 
Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada Kepala Petróleos de Venezuela, S.A (PDVSA) Manuel Quevedo, tiga pejabat intelijen, dan Rafael Bastardo.

PDVSA adalah perusahaan migas milik Pemerintah Venezuela. Sementara itu, Bastardo disebut para pejabat AS sebagai kepala unit polisi nasional yang bertanggung jawab atas puluhan pembunuhan di luar proses hukum yang dilakukan dalam serangan malam hari atas nama Maduro.
 
Secara terpisah, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa mereka bekerja dengan Pentagon dan lembaga bantuan kemanusiaan AS untuk menerbangkan bantuan kemanusiaan ke Cucuta, Kolombia, di perbatasan Venezuela, Sabtu (16/2).
 
Langkah-langkah tersebut merupakan bagian dari upaya yang lebih luas oleh AS untuk menekan Maduro dan mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido.
 
Seorang pejabat AS menuturkan pesawat militer AS diperkirakan akan mengirimkan lebih dari 200 ton bantuan kemanusiaan ke kota perbatasan. AS juga telah memposisikan beberapa pasokan bantuan di Kolombia dan sedang berkoordinasi dengan Guaido untuk memobilisasi bantuan bagi Venezuela.
 
Tidak jelas apakah bantuan AS yang diangkut ke Kolombia akan mencapai Venezuela.
 
Adapun Maduro telah menolak untuk mengizinkan pasokan bantuan asing itu masuk. Venezuela tengah mengalami krisis ekonomi dan sosial sejak beberapa tahun terakhir, yang membuat jutaan orang berjuang untuk membeli makanan dan obat-obatan.

Kondisi itu memicu gelombang migrasi besar, di mana banyak warga negara Amerika Selatan itu pergi ke negara-negara tetangga untuk mencari pekerjaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini