Neraca Perdagangan: Jateng Defisit US$218,82 Juta

Bisnis.com,16 Feb 2019, 07:29 WIB
Penulis: Yudi Supriyanto
Petugas beraktivitas di Terminal Kargo dan Pos Bandara Jenderal Ahmad Yani yang berada di lokasi baru seusai diresmikan, di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (23/1/2019)./ANTARA-Aji Styawan

Bisnis.com, SEMARANG—Badan Pusat Statistik Jawa Tengah mencatat neraca perdagangan Jawa Tengah pada awal tahun ini mengalami defisit sebesar US$218,82 juta.

Pertumbuhan ekspor sebesar 11,80% belum mampu mengimbangi nilai impor meskipun turun 4,95% dibandingkan Januari 2018.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jateng Arjuliwondo, mengungkapkan, impor sektor migas mencapai US$221,60 juta pada Januari 2019. Sementara itu, ekspor sektor migas hanya sebesar US$3,10 juta pada awal tahun ini.  

“[Nilai neraca perdagangan secara total yang defisit] Kita masih mengimpor minyak sebagian besar. Sekitar 30% masih mengimpor minyak,” kata Arjuliwondo di Semarang, Jumat (15/2/2019).

Saat ini, dia menjelaskan, hasil produksi minyak dari kilang Cilacap untuk keperluan pasar dalam negeri. Sementara itu, lanjutnya bahan bakar minyak mentah yang digunakan untuk produksi diimpor dari negara-negara seperti Arab Saudi dan Malaysia.

BPS Jateng mencatat, total nilai ekspor Jateng pada Januari tahun ini sebesar US$763,69 juta. Pencapaian tersebut lebih tinggi 11,8% dibandingkan ekspor pada periode yang sama tahun lalu, yakni US$683,07 juta.

Dalam struktur ekspor, pengapalan ke luar negeri sektor non migas tercatat memiliki kontribusi sebesar 99,59% dengan perincian industri pengolahan sebesar 95,19%, pertanian 4,17%, dan tambang 0,23%.

Adapun sektor migas, dalam data BPS, hanya berkontribusi sebesar 0,41% terhadap ekspor Jateng pada Januari 2019.

Secara keseluruhan, ekspor sektor industri pengolahan dan pertambangan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan pada Januari 2019 dibandingkan Januari 2018, yakni masing-masing tumbuh 15,55% dan 6,50%.

Adapun kinerja ekspor migas  dan pertanian pada Januari 2019 ini tercatat masing-masing lebih rendah 82,45% dan 7,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Berbeda dengan nilai ekspor yang menunjukkan peningkatan, BPS mencatat, nilai impor pada Januari 2019 tercatat lebih rendah 4,95% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni dari US$1,03 miliar menjadi US$982,51 juta pada Januari 2019.

Dari total impor sepanjang Januari 2019, impor non-migas mencapai US$760,91 juta atau sekitar 77,45% dari total impor. Nilai impor non-migas Jateng ini juga mengalami peningkatan 7,92% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Adapun share impor non-migas terbesar pada Januari 2019 adalah mesin-mesin atau pesawat mekanik senilai US$162,41 juta atau 16,53%. Kemudian, plastik dan barang dari plastik dengan nilai US$60,85 juta atau 6,19%.

Terkait dengan impor Jateng, struktur impor menurut penggunaan barang menunjukkan bahwa impor bahan baku atau penolong memiliki kontribusi terbesar 76,94%. Diikuti barang modal 15,92%, dan konsumsi 7,15%.

Impor barang modal pada awal tahun ini mengalami pertumbuhan 65,44% dibandingkan dengan Januari 2018. Sementara bahan baku atau penolong dan konsumsi masing-masing minus 10,37% dan 26,76%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini