Rupiah Menguat di Awal Pekan, Ini Pemicunya

Bisnis.com,18 Feb 2019, 12:00 WIB
Penulis: Hadijah Alaydrus
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga
Bisnis.com, JAKARTA -- Penguatan rupiah pada perdagangan Senin (18/2/2019) sebesar 68,50 poin atau 0,48% ke level Rp14.085 per dolar AS dipicu oleh faktor sentimen eksternal.
Pergerakan rupiah ini tidak ada sangkut pautnya dengan debat calon presiden pada malam kemarin, Minggu (17/2/2019). 
Ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian menegaskan bahwa pergerakan rupiah tidak dipengaruhi oleh kondisi politik di dalam negeri. Penguatan ini disebabkan oleh faktor global, yakni sentimen perang dagang. 
"Ini disupport oleh Trump dan China yang kabarnya akan ada deal," ungkap Fakhrul ketika dihubungi Bisnis, Senin (18/2/2019).
Akhir pekan lalu, Trump mengungkapkan pihaknya dan pemerintah China telah mencapai satu terobosan dalam trade talk antara keduanya. 
Trump mengatakan kedua pihak lebih dekat dari sebelumnya dengan adanya kesepakatan dagang yang lebih jelas. 
"Kami mencapai semua poin yang dibicarakan orang-orang selama bertahun-tahun dan diyakini tidak akan tercapai," kata Trump. 
Konsensus ekonom yang disurvei Bloomberg sejauh ini memperkirakan rupiah akan mengungguli penguatan rupee. 
Hal ini dipicu oleh faktor kondisi politik di kedua negara yang menjadi bahan taruhan investor untuk menempatkan asetnya. 
Sejauh ini, jajak pendapat terhadap calon presiden Indonesia menunjukkan Joko Widodo sebagai pemenang kuat dalam Pilpres pada April mendatang. Sementara itu, posisi Perdana Menteri India Narendra Modi dinilai kurang aman menyusul kekalahan partainya di tingkat regional akhir tahun lalu.
Rainer Michael Preiss, Executive Director Taurus Wealth Advisors Pte., menuturkan rupiah memberikan risiko yang lebih baik bagi investor dibandingkan rupee. 
"Berkenaan dengan Indonesia, pandangan kami, konsisten baik. Jika Modi tidak terpilih kembali, beberapa orang mungkin berpikir ini adalah hal yang negatif dan dapat menyebabkan lebih banyak volatilitas dalam rupee," paparnya seperti ditulis Bloomberg, Senin (18/2/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Gita Arwana Cakti
Terkini