Bisnis.com, JAKARTA — Pemegang saham minoritas PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. akan meminta penjelasan manajemen dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) pertama tahun ini. Setidaknya ada dua isu yang hendak dipertanyakan, yaitu pembeli siaga saham baru dan skema tukar guling aset bermasalah.
Andre Mirza Hartawan, pemilik 1,66% saham Muamalat, mengatakan bahwa hingga dua bulan pertama tahun ini manajemen belum memberikan penjelasan resmi mengenai perkembangan rights issue yang melibatkan pembeli siaga (standby buyer), serta pemaparan mengenai skema tukar guling aset bermasalah.
“Kami akan coba mempertanyakan hal itu pada kesempatan berikutnya, paling tidak di RUPS terdekat yang kalau tidak salah nanti April,”katanya kepada Bisnis, Senin (18/2/2019).
Bank Muamalat belum menemukan titik terang mengenai rencana suntikan dana segar oleh investor. Modal yang seharusnya masuk sejak akhir 2018 belum juga terealisasi hingga dua bulan pertama tahun ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, Bank Muamalat hendak menambah modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Konsorsium bentukan Ilham menyatakan siap menjadi pembeli siaga Penawaran Umum Terbatas (PUT) VI senilai Rp2 triliun. Hal ini telah disetujui dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 11 Oktober 2018.
Namun kemudian suntikan modal konsorsium yang terdiri dari Ilham Habibie, keluarga Arifin Panigoro, Lynx Asia, dan SSG Capital dari Hong Kong tersebut tersendat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan sinyal bahwa konsorsium belum mampu menunjukan komitmen untuk penyehatan Bank Muamalat.
Dalam kesempatan sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiana mengatakan otoritas ingin Bank Muamalat menjadi bank syariah besar yang mampu bersaing dengan bank konvensional. Menurutnya, memenuhi kebutuhan permodalan yang kuat dengan cara yang kredibel dibutuhkan untuk menuju ke sana.
“Saya tidak mau ada investor [suntik modal sekarang], tapi tidak punya kemampuan mengembangkan [Muamalat] ke depannya,” kata Heru.
Menurut perhitungan OJK, Muamalat membutuhkan dana segar setidaknya Rp8 triliun. Dengan demikian otoritas meminta investor yang hendak masuk menyetorkan Rp4 triliun ke rekening penampung sebagai bukti komitmen.
Adapun saat ini mengutip situs resmi perseroan, tiga besar pemilik saham Muamalat adalah Islamic Development Bank dengan 32,74%, Bank Boubyan 22%, dan Atwill Holdings Limited 17,91%. Kemudian diikuti oleh National Bank of Kuwait 8,45%, IDF Investment Foundation 3,48%, BMW Holdings Limited 2,84%, Reza Rhenaldi Syaiful 1,67%, Dewi Monita 1,67%, Andre Mirza Hartawan 1,66%, Koperasi Perkayuan Apkindo-MPI 1,39%, dan pemegang saham lainnya 1,39%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel