Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. telah menggelontorkan dana investasi senilai Rp1,5 triliun—Rp1,6 triliun sepanjang 2018 untuk mengembangkan layanan digital banking.
Sekretaris Perusahaan BCA Jan Hendra mengatakan bahwa nilai investasi tersebut digunakan untuk belanja modal terkait dengan pengembangan layanan internet banking dan mobile banking, mesin anjungan tunai mandiri (ATM), dan electronic data capture (EDC).
Menurutnya, BCA membutuhkan investasi yang besar untuk memastikan bahwa layanan digital banking dapat menunjang transaksi nasabah bank yang lebih banyak menggunakan saluran digital.
“Sebagian besar transaksi nasabah terus beralih ke kanal digital, diharapkan perkembangan ini akan terus berlanjut pada 2018 dan turut mendukung efisiensi operasional transaksi,” ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Pada tahun ini, lanjut Jan, perseroan telah menyiapkan alokasi investasi untuk belanja IT dengan nilai yang kurang lebih sama dengan tahun lalu.
Industri pembayaran digital memang menjadi salah satu medan tempur yang padat belakangan ini. Di luar bank, beberapa perusahaan teknologi finansial atau tekfin sudah lebih dulu melakukan penetrasi pasar. Dengan beragam promo cash-back, tekfin pembayaran seperti Gopay dan Ovo berhasil mencuri pasar.
Bruce Delteil, Partner McKinsey & Company di Indonesia, mengatakan pendekatan bank untuk memanfaatkan peluang digital memang cukup beragam. Tak hanya di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.
Delteil menuturkan, pengembangan produk bank digital dilakukan untuk mencapai pasar yang selama ini tidak tergarap dengan produk bank konvensional. Selain itu, bank juga dapat memahami pola dan perilaku nasabah digital yang berbeda dengan generasi sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel