Bank MNC Akan Rights Issue Rp200 Miliar

Bisnis.com,20 Feb 2019, 18:17 WIB
Penulis: Ropesta Sitorus
Nasabah bertransaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri Bank MNC di Jakarta, Senin (27/11)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank MNC Internasional Tbk. (Bank MNC) berencana kembali menggelar rights issue untuk memperkuat permodalan pada tahun ini.

Mahdan Ibrahim, Plt Direktur Utama Bank MNC, menjelaskan dalam rencana bisnis bank 2019, pemegang saham akan menambah permodalan sebesar Rp200 miliar. Aksi tersebut dilakukan lewat skema penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) yang diproyeksi akan dilaksanakan pada paruh kedua tahun ini.

"Sesuai dengan rencana bisnis bank akan ada setoran modal Rp200 miliar di semester II," katanya kepada Bisnis, Rabu (20/2/2019).

Penambahan modal tersebut akan menaikkan rasio kecukupan permodalan Bank MNC untuk mendukung rencana ekspansi bisnis ke depan. Pasca masuknya suntikan modal, rasio capital adequacy ratio (CAR) perseroan diperkirakan terkerek menjadi 18%. 

Dalam laporan keuangan Bank MNC per akhir kuartal III/2018, rasio CAR perseroan tercatat di level 15,22% turun dari periode yang sama tahun sebelumnya 17,76%. 

Lebih lanjut, Mahdan menegaskan bahwa bank milik taipan Harry Tanoesoedibjo itu belum memiliki rencana untuk membuka ruang bagi calon investor strategis. Selain itu, perseroan juga masih belum punya rencana untuk ekspansi anorganik lewat aksi akuisisi bank. 

"Belum ada rencana untuk masuknya investor strategis ataupun akuisisi bank. Pemegang saham pengendali masih tetap berkomitmen untuk meningkatkan permodalan di 2019," paparnya.

Pihaknya mendukung rencana regulator untuk mendorong konsolidasi bank besar dan kecil demi mengatasi permasalahan yang dihadapi industri perbankan seperti daya saing serta pengetatan likuiditas. 

Akan tetapi, selain konsolidasi, menurut Mahdan, pembenahan bisnis secara internal perlu terus didorong agar bank tetap tumbuh secara sustainable, terutama untuk bank kecil dari kategori BUKU I dan BUKU II. 

Dengan kata lain bank-bank tersebut harus menaikkan volume kredit, memperkuat kualitas kredit, memperkuat modal dan menekan biaya operasional atau efisiensi.

"Permasalahan di bank BUKU I dan II adalah modal, sangat tergantung pada sumber dana mahal atau deposito, minim layanan dan pengembangan digital banking sehingga sulit meraih dana murah (tabungan dan giro)," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farodilah Muqoddam
Terkini