Bisnis.com, JAKARTA—PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo menilai korporasi sektor pembiayaan atau multifinance masih akan bergulat dengan tantangan bisnis yang cukup berat tahun ini.
Pasalnya, sikap hati-hati bank untuk memberikan pinjaman masih berlanjut, sedangkan permintaan kredit masih berpotensi tertekan di era suku bunga tinggi. Risiko kredit mereka pun meningkat bila harus menggalang dana dari pasar surat utang.
Oktober 2018 lalu, Pefindo sempat menurunkan outlook 3 korporasi pembiayaan sekaligus dari stabil menjadi negatif. Pada September, peringkat PT Radana Bhaskara Finance Tbk. turun 3 notch sekaligus menjadi idBBB- dan menempatkannya dalam credit watch dengan implikasi negatif.
Pada periode pemeringkatan kuartal IV/2018 hingga pertengahan Februari tahun ini, Pefindo masih mempertahankan peringkat Radana, tetapi merevisi outlooknya menjadi stabil.
Hendro Utomo, Wakil Presiden Senior dan Kepala Divisi Pemeringkatan Institusi Finansial Pefindo, mengatakan bahwa sejauh ini belum banyak perubahan dalam iklim bisnis perusahaan multifinance dibandingkan yang terjadi tahun lalu.
“Bank masih tetap selektif terhadap sektor multifinance, terutama terhadap perusahaan pembiayaan independen. Ini juga tercermin dari rating kami dan prospek. Multifinance yang outlook-nya kami revisi jadi negatif itu tetap dalam kondisi negatif, belum ada perubahan,” katanya pekan lalu.
Hendro mengatakan, hingga kini laporan keuangan audit untuk periode Desember 2018 dari mayoritas korporasi multifinance belum terbit, sehingga Pefindo belum dapat melakukan kajian terhadap kinerja keuangan terkini mereka.
Hendro mengatakan, tingginya suku bunga saat ini memang berpotensi menekan margin perusahaan multifinance. Kendati naiknya biaya dana bisa diteruskan perusahaan pembiayaan kepada debiturnya dengan menaikkan bunga, tetapi hal tersebut sangat sensitif dan berpotensi menyebabkan perpindahan nasabah ke perusahaan lain.
Hanya saja, umumnya perusahaan pembiayaan yang menyasar sektor pembiayaan konsumsi umumnya menyasar masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang memiliki kemampuan akses terbatas ke bank.
“Jadi, mereka bisa teruskan beban kenaikan bunga itu ke nasabahnya. Walaupun ada tekanan, tetapi seharusnya tidak terlalu signifikan dampaknya ke perusahaan pembiayaan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel