Ini Untung Rugi Sistem Beli Putus untuk Tebu

Bisnis.com,24 Feb 2019, 12:59 WIB
Penulis: Pandu Gumilar
Buruh mengangkut tebu ke atas truk saat panen di Magetan, Jawa Timur, Selasa (11/7)./ANTARA-Fikri Yusuf

Bisnis.com, JAKARTA - Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) menilai ada plus dan minus dalam skema pembelian baru untuk tebu rakyat.

Ketua Dewan Penasehat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi mengatakan kalau memang benar-benar berubah jadi sistem putus beli tebu maka artinya petani tidak lagi menanggung situasi rendemen di Pabrik Gula (PG).

"Petani jadi dapat harga yang fix, ini sebuah kelebihan. Selama ini, petani kan belinya dengan gula yang digiling. Tebu dibawa ke PG, digiling, nanti sekian persen dari gula itu jadi ongkos giling sistem lama begitu. Sekarang, petani benar-benar menerima pembayaran atas tebunya tidak harus menunggu rendemen lagi," katanya pada Kamis (21/2).

Di sisi lain, skema baru membuat hubungan PG dan petani menjadi transaksional atau murni jual-beli biasa, bukan lagi satu-kesatuan sistem. Dengan begitu Bayu menilai ini harus dipertimbangkan karena berimplikasi pada hitungan pajak pertambahan nilai (PPn).

"Hal yang harus diantisipasi itu masalah PPN. Kalau beli putus, petani dan PG bukan satu-kesatuan industri lagi. itu transaksional. ini bisa membuat petani membayar PPn, kalaupun tidak ke petani, akan fasthrough, bisa terdiskon di petani. Di situ harus clear dalam konteks kebijakannya," katanya.

Skema ini pun rentan terhadap harga karena berkaitan dengan hukum supply dan demand. “Ini membuka peluang rebutan antara bumn dan swasta. Kalau rebutan, petani yang diuntungkan. tinggal mereka mau jual dan untung ke yang mana. jangka panjangnya, bisa jadi bahaya, bisa-bisa tidak ada lagi jaminan pasokan petani kepada PG," katanya.

Menurutnya rebutan tebu harus diantisipasi dalam jangka panjang kalau itu terjadi hukum alam akan menyeleksi yang modalnya kuat. "Kalau saya ingin membunuh PG lain. saya beli aja terus, saya perang harga, saya beli lebih mahal, petani ke saya semua. Pabrik lain tidak dapet bahan baku sehingga bisa tutup," katanya.

Apabila pabrik lawan tutup karena tidak punya bahan baku, petani pun jadi tidak punya pilihan lain harus jual PG terkuat. Oleh sebab itu resiko permainan harga yang menurut Bayu harus diantisipasi.

"Dugaan saya, akan ada PG yang tutup. Yaitu PG yang tidak efisien atau PG yang tidak punya kekuatan modal untuk beli dari petani ya akan tutup. Ini jadi seleksi alam sehingga nanti jumlah PG kita akan lebih rasional, karena saat ini terlalu banyak," katanya.

Bayu pun menilai yang paling akan terkena dampaknya adalah industri kecil menengah apabila terjadi fluktuasi harga gula. Pasalnya ada beberapa industri yang tidak bisa berjalan apabila harga gula melambung tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bunga Citra Arum Nursyifani
Terkini